Kami tidak berpikir ini dapat membalikkan sentimen risiko
New York (ANTARA) - Euro jatuh pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena investor tidak terkesan oleh langkah-langkah stimulus Bank Sentral Eropa (ECB) untuk melawan dampak ekonomi dari wabah virus corona.

Investor justru berbondong-bondong ke safe-haven dolar setelah Federal Reserve mengatakan akan menyuntikkan likuiditas ke dalam sistem perbankan yang menunjukkan tanda-tanda tertekan.

ECB menyetujui langkah-langkah stimulus baru pada Kamis (12/3/2020) untuk membantu ekonomi zona euro mengatasi meningkatnya biaya pandemi virus corona, tetapi mempertahankan suku bunganya tidak berubah.

"Mereka (ECB) sangat merasakan tekanan untuk setidaknya melakukan sesuatu karena setiap bank sentral lainnya menurunkan suku bunga atau melakukan front multi-kebijakan yang akan membantu bank dan bisnis," kata Erik Bregar, kepala strategi valas di Exchange Bank of Kanada di Toronto, seperti dikutip Reuters.

Beberapa jam kemudian, Federal Reserve Bank of New York mengatakan akan memperkenalkan 1,5 triliun dolar AS dalam operasi repo baru minggu ini dan mulai membeli berbagai surat utang jatuh tempo sebagai bagian dari pembelian surat utang pemerintah bulanan dalam gerakan membendung kepanikan yang disebabkan oleh krisis pasar.

Fed menawarkan 500 miliar dolar AS dalam operasi repo tiga bulan pada Kamis (12/3/2020) dan akan menawarkan 500 miliar dolar AS tambahan dalam repo satu bulan serta 500 miliar dolar AS dalam pinjaman repo tiga bulan pada Jumat.

Namun, langkah tersebut hampir tidak menstabilkan mata uang dan pasar saham, karena semakin meningkatkan permintaan untuk dolar AS.

"Kami tidak berpikir ini dapat membalikkan sentimen risiko - itu tidak dapat mencegah perlambatan konsumsi dan kegiatan ekonomi yang akan datang," kata Elsa Lignos, kepala global strategi valas di RBC Capital Markets di London.

"Tapi itu berarti bahwa pasar keuangan tidak perlu menimbun likuiditas dengan cara konsumen menimbun kertas tisu dan pasta," tambahnya.

Dalam perdagangan sore, euro melemah 0,8 persen terhadap dolar menjadi 1,1176 dolar per euro.

Dolar rebound tajam terhadap sekeranjang mata uang setelah pengumuman ECB, dan menahan kenaikan setelah pengumuman Fed NY. Indeks dolar terakhir naik 0,9 persen pada 97,455.

Para analis mengatakan dolar telah reli karena swap pada mata uang utama meledak dan investor bergegas memburu mata uang AS.

Dolar sebelumnya kesulitan, setelah Presiden AS Donald Trump melarang perjalanan dari Eropa untuk membendung virus corona.

Dengan larangan terbaru yang menimbulkan gangguan baru pada ekonomi global, para pedagang juga kecewa dengan kurangnya langkah-langkah luas dalam rencana Trump untuk melawan patogen, mendorong para pedagang bertaruh pada pelonggaran agresif lebih lanjut oleh Federal Reserve.

Dana Fed berjangka pada Kamis (12/3/2020) menyiratkan pedagang melihat peluang 100 persen bahwa suku bunga acuan bank sentral akan turun setidaknya 75 basis poin bulan ini.

Dolar menguat 0,9 persen terhadap mata uang Jepang menjadi 105,49 yen, jauh di atas level terendah empat tahun pada Senin (9/3/2020). Dolar juga naik 0,8 persen terhadap franc Swiss menjadi 0,9455 franc per dolar, Reuters melaporkan.

Trump mengumumkan pada Rabu (11/3/2020) larangan 30 hari pada pelancong yang memasuki Amerika Serikat dari 26 negara Eropa, efektif mulai tengah malam pada Jumat.

Baca juga: Bursa saham Eropa catat rekor kerugian harian terburuk
Baca juga: Sumber daya langka, Uni Eropa diminta bersatu melawan virus corona

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020