Makassar (ANTARA) - Ketua Tim Kewaspadaan Pandemi RS Wahidin, Dr.dr. Irawaty Djaharuddin, SpP(K) mengimbau semua rumah sakit daerah untuk menyertakan foto thoraks untuk setiap rujukan terkait virus corona (COVID-19) ke Rumah Sakit Wahidin.

"Untuk mekanisme, ketika teman di daerah merujuk kecurigaan COVID-19 harus disertai foto thoraks agar masyarakat kita tidak jauh-jauh dari daerah ke Makassar, padahal mereka hanya demam biasa," ujarnya kepada seluruh perwakilan rumah sakit daerah pada Rapat Koordinasi kewaspadaan dan pencegahan COVID-19 dan demam berdarah dengue (DBD) di Makassar, Jumat.

Baca juga: DPRD Bandarlampung usulkan beberapa langkah antisipasi COVID-19

Dr Ira menyampaikan ketika prosedur tetap (protap) ini dilakukan, maka rumah sakit akan lebih selektif memberikan rujukan COVID-19 sehingga tidak menimbulkan kekhawatiran pada pasien dan keluarganya.

Selain itu, sambung Dr Ira, jika setiap rujukan COVID-19 disertai foto thoraks maka keuntungannya pasien tidak lagi masuk melalui Unit Gawat Darurat (UGD) dan semakin mengurangi tindakan pelayanan oleh petugas kesehatan.

"Kecuali jika memang ada masalah untuk tindakan foto thoraks seperti yang terjadi di Kabupaten Gowa, maka kami memutuskan untuk dibawa langsung saja ke RS Wahidin," katanya.

RS Wahidin Sudirohusodo sebagai rumah sakit rujukan suspect  COVID-19 di Indonesia Timur menyediakan 18 tempat tidur.

Baca juga: Pontianak bentuk tim koordinasi waspada COVID-19

Terkait kasus COVID-19, RS Wahidin merilis jumlah pasien pada Januari hingga Maret 2020 sebanyak 49 orang. Rinciannya, medical chek up 36 orang dan rawat inap 11 orang.

Sementara pasien suspect COVID-19 dalam pemantauan 30 orang dan pengawasan tujuh orang. Sementara pasien suspect MERS-Cov Underinvestigated case 14 orang.

"Kita selama ini bekerja multidisiplin, di ICU teman-teman anastesi juga ikut pelayanan. Rujukan terbanyak adalah laki-laki berumur antara 40-60 tahun. Mereka banyak dari Makassar lalu Kabupaten Pinrang karena di sana banyak WNA yang asal perjalanannya dari China dan Korea," ujar Dr Ira menguraikan.

Pada kesempatan yang sama, ia mengimbau masyarakat agar membiasakan Perilaku Hidup Sehat dan Bersih (PHBS). Selain itu, saat memasak makanan diminta agar betul-betul matang.

"Jangan makan yang setengah matang atau mentah. Sekarang etika batuk tidak lagi menggunakan telapak tangan tetapi menggunakan punggung tangan," katanya.
Baca juga: RSU Tarutung pantau pasien ke lima suspect corona dari Balige
Baca juga: RSUP Sanglah habiskan 15-20 APD untuk tangani satu pasien status ODP
Baca juga: Dokter: Pergerakan orang dibatasi cegah penyebaran virus corona

Pewarta: Nur Suhra Wardyah
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020