Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden (Wapres) M Jusuf Kalla merasa terharu namanya digunakan sebagai merek sepatu oleh para pengrajin dan pengusaha sepatu Cibaduyut, Bandung.

"Silakan saja buat sepatu dengan nama JK. Saya terharu," kata Wapres saat menerima para pengrajin dan pengusaha sepatu Cibaduyut Bandung di Istana Wapres Jakarta, Senin.

Sebelumnya koordinator pengrajin dan pengusaha sepatu Cibaduyut Adeng Sugianto minta izin Wapres Jusuf Kalla untuk menggunakan merek "JK Collection Shoes" untuk sepatu yang mereka produksi.

Menurut Wapres, baginya tidak masalah namanya digunakan sebagai merek karena yang terpenting bagaimana ekonomi rakyat tumbuh sebaik-baiknya.

"Silakan saja pakai merk JK Collection tapi dengan satu syarat, jaga kualitasnya. Jangan nanti orang pakai kakinya lecet-lecet. Nanti saya tidak enak," kata Wapres yang disambut tawa.

Dalam kesempatan itu Wapres mengingatkan agar orang Indonesia tidak selalu menggunakan produk luar negeri. Saat ini banyak orang Indonesia yang tidak membeli sepatu tetapi membeli merek.

Ia mencontohkan orang membeli sepatu merek Italia yang harganya jutaan rupiah. Padahal jika benar-benar membeli sepatu harganya tidak akan semahal itu. Yang menjadi mahal karena merek terkenal dari luar negeri.

"Jadi silakan pakai merek JK. Kita tegas saja supaya orang tahu sepatu JK itu buatan Indonesia," kata Wapres.

Sebelumnya koordinator pengrajin sepatu dan pengusaha sepatu Cibaduyut Bandung, Adeng Sugianto mengaku pihaknya terinspirasi menggunakan nama JK setelah Wapres mengunjungi Cibaduyut.

"Saat Wapres mengunjungi Cibaduyut, saat itu terinspirasi untuk gunakan merek JK. Kami langsung membuat label tanpa izin dulu ke bapak," kata Adeng dengan kalimat yang hati-hati.

Karena itu tambah Adeng dalam kesempatan itu minta izin untuk menggunakan merek JK tersebut.

Adeng juga menjelaskan sejak Wapres mencanangkan gerakan gunakan sepatu dalam negeri maka penjualan sepatu dari Cibaduyut meningkat hingga 50 persen.

"Sebelumnya kita hanya mampu menjual 20 kodi per hari sekarang rata-rata menjadi 30 s/d 40 kodi per hari," kata Adeng.

Namun Adeng juga mengakui masih adanya kendala dalam bidang pemasaran yang masih terbatas. Karena itu Adeng minta bantuan dalam pemasaran ini agar bisa lebih luas lagi. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009