Sampang, Madura (ANTARA News) - Nada bicara KH Alawi Muhammad tetap lantang dan keras meski usia sudah menginjak 80 tahun. Ulama terkemuka dan berkarakter teguh pendirian ini tetap bersemangat tinggi, terutama jika diajak bicara soal sosial, ekonomi, politik dan agama.

Di tengah hingar bingar pro kontra tentang hasil Pemilu legislatif misalnya, pemimpin pondok pesantren Attaroqi, Desa Karongan, Sampang Madura, Jawa Timur ini tetap mencurahkan perhatian pada perkembangan yang terjadi di luar pesantrennnya meski berada di tengah santri-santrinya.

Tentang pelaksanaan Pemilu legislatif dan hasil-hasilnya, ia memang enggan mengomentarinya, tetapi mengaku terus mengikuti perkembangan yang terjadi seputar itu.

Tentang Pemilihan Presiden (Pilpres) yang akan digelar dalam waktu dekat, Alawi mengatakan dengan kalimat singkat: "Pilih presiden yang bisa memimpin negara."

Di temui di kediamannya, Sabtu (18/4), ia tampak segar dan bersemangat. Ia mengajak para wartawan masuk ke ruangan ber-AC agar terhindar dari panas yang biasa menerpa Madura.

Tatkala wartawan menanyakan kondisi kesehatannya, ia berujar, usia boleh tua tapi semangat tak boleh lepas. Oleh karena itu ia terus memperhatikan perkembangan yang terjadi di luar pondok pesantren.

Dia menegaskan, perkembangan yang terjadi, apakah bidang politik, ekonomi dan keagamaan, apalagi aspek pembangunan yang membawa kesejahteraan pada masyarakat harus disikapi positif.

Masyarakat Madura tidak anti perubahan dan pembangunan, termasuk dalam soal pembangunan Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) yang akan segera selesai.

Ia meminta pengikutnya untuk menyikapi positif proyek-proyek pembangunan seperti Jembtan Suramadu karena dinilainya akan membawa manfaat dan meningkatkan kesejahteraan warga Madura.

Ia mengakui masih ada pembangunan di kawasan Madura terbengkalai karena berbagai sebab, seperti Proyek Waduk Nipah.

Sebetulnya bagi masyarakat Madura tak ada persoalan dengan proyek bendungan itu, karena kalapun proyek itu selesai maka petani setempat juga yang meningkat kesejahteraannya.

Hanya saja, ia mengimbau korban kekerasan pada awal proyek waduk Nipah ini dimulai (1993) -- yang disebabkan kurangnya sosialisasi -- diselesaikan dengan bijak.

Para ulama Madura lainnya, salah satunya Pimpinan Pondok Pesantren Al Amin, KH Idris Djauhari, berujar sama bahwa perubahan mestinya membawa manfaat luas bagi warga setempat.

"Selesainya proyek Suramadu dapat membawa dampak positif bagi warga Madura," katanya.

Dia berharap, pemerintah Pusat tak sekedar membangun industri di Madura, tetapi juga membangun Madura dalam pengertian luas, yaitu sumber daya manusianya.

Untuk menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi di Madura, Idris berjanji akan menghidupkan lagi peran Badan Silaturahmi Ulama Madura (Basrah) sehingga di masa depan para kyai lebih banyak "bermain" pada lapisan atas.

Ia mengatakan, jika proyek yang dibiayai dari uang rakyat -- seperti Waduk Nipah -- dijalankan sambil mengoptimalkan peran Basrah, maka proyek-proyek seperti waduk Nipah akan cepat selesai. (*)

Oleh
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009