Serang, (ANTARA News) - Selama tiga bulan terakhir ribuan warga Kabupaten Serang, Banten, terserang penyakit diare dan seorang di antaranya dilaporkan meninggal dunia.

Kepala Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Serang, dr Agus Gusmara, Rabu mengatakan, selama tri wulan pertama tahun 2009 penderita penyakit diare mencapai 8.194 kasus dan kemungkinan korban bertambah akibat buruknya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat.

Data penderita diare sebanyak 8.194 kasus itu hanya sampai Maret, namun April hingga kini belum ada laporan dari puskesmas.

Oleh karena itu, pihaknya mengimbau kepada masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungan juga membiasakan pola hidup bersih dan sehat.

Selain itu, apabila mengkonsumsi air terlebih dahulu harus dimasak dengan matang, sehingga terhindari dari kuman E-coli sebagai penyebar penyakit diare.

Menurut dia, gejala penderita diare umumnya ditandai dengan adanya warga yang berkali-kali buang air besar dengan tinja encer dan kadang muntah-muntah. Bahkan, diare juga disebut dengan muntaber ( muntah berak), muntah mencret atau muntah bocor. Kadang pula, tinja penderita mengandung darah dan lendir. Diare juga menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar melalui tinja.

"Jika penderita mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh, dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi dan anak-anak usia di bawah lima tahun," katanya.

Penyebab diare akibat adanya peradangan usus yang tidak jarang juga menimpa anak penderita gizi buruk seperti kekurangan zat putih telur atau keracunan makanan.

Penyakit diare dapat ditularkan melalui tinja yang mengandung kuman diare, bisa melalui air sumur atau air tanah yang telah tercemar kuman, atau makanan dan minuman yang telah terkontaminasi kuman diare.

"Saya minta warga sebelum makan terlebih dahulu mencuci tangan," katanya.

Dia mengimbau, jika seseorang terserang diare agar meminum garam oralit untuk mencegah terjadinya kekurangan cairan tubuh, dan minumlah cairan itu sebanyak mungkin.(*)

 

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009