Washington (ANTARA News/AFP) - Para pejabat penting AS, bukan segelintir prajurit rendahan bermental buruk, yang ternyata berada di belakang taktik interogasi militer mengerikan yang diterapkan dari Teluk Guantanamo sampai Afghanistan dan Irak, demikian satu laporan Senat AS, Selasa waktu AS.

Laporan setebal 261 halaman dari Komisi Angkatan Bersenjata Senat yang akan menjadi bekal untuk penyelidikan atas bagaimana AS memperlakukan para tahanan tersangka perang melawan teror ini tampaknya akan semakin memperpanas debat yang kini berlangsung perihal teknik-teknik militer dari AS yang dipercaya luas sebagai penyiksaan.

Panel yang diketuai Senator Demokrat Carl Levin ini membeberkan kesimpulan pentingnya pada Desember 2008, namun rincian hasil penyelidikan tetap dirahasiakan di bawah perlindungan aturan kerahasiaan Departemen Pertahanan AS.

Dalam pernyataan tertulisnya, Levin menyatakan bahwa laporan itu menunjukkan bahwa klaim-klaim yang dikemukakan sejumlah pejabat top pemerintah dan Presiden George W. Bush bahwa penyiksaan tahanan hanya dicatat sebagai hasil kerja tak bertanggungjawab dari sejumlah kecil prajurit nakal (few bad apples), adalah benar-benar bohong.

Laporan itu adalah penyangkalan atas baik kebijakan mengenai interogasi tahanan semasa pemerintahan Bush maupun prilaku para pejabat puncak pemerintahan yang berupaya melemparkan kesalahan atas praktik penyiksaan seperti pernah berlaku di Abu Ghraib, Teluk Guantanamo dan Afghanistan kepada para prajurit berpangkat rendah, kata Levin.

Laporan itu menyatakan bahwa para pejabat AS mulai menyiapkan apa yang kemudian disebut sebagai teknik-teknik "interogasi yang diperberat" hanya beberapa bulan setelah Serangan 11 September 2001 dan sebelum rangkaian memo yang memaklumatkan bahwa praktik-praktik sejenis itu legal.

Pendekatan (dalam menangani tahanan) memanfaatkan program militer AS bertajuk Bertahan, Pengelakan, Perlawanan dan Penyelamatan (Survival, Evasion, Resistance and Escape, SERE) yang bertujuan untuk melatih para personel militer AS menghindari interogasi musuh yang tidak menghiraukan larangan internasional mengenai penyiksaan.

Program ini termasuk penglibatan taktik-taktik seperti menelanjangi dan menampari tahanan, juga menenggelamkan kepala hingga nyaris tenggelam.

Laporan Senat ini juga mengatakan bahwa salah seorang tersangka teroris telah dipaksa untuk menggonggong dan berlaku seperti anjing, sedangkan yang lainnya dipaksa mengenakan pengingat leher anjing, serta memanfaatkan anjing untuk mengendurkan perlawanan mereka.

Taktik-taktik interogasi juga termasuk "penodaan agama" dan mencampurkan tahanan dengan wanita bukan muhrimnya.

Salah seorang pejabat yang dikutip dari laporan itu menyatakan bahwa beberapa teknik kekerasan telah digunakan sebelum invasi Irak Maret 2003 karena Washington frustasi tidak menemukan bukti keterkaitan Alqaeda dengan Irak.

"Meskipun mereka memberikan informasi dan beberapa diantaranya bermanfaat. Kami berada di sana untuk waktu yang lama guna memfokuskan pada upaya mencoba mengaitkan hubungan Alqaeda dengan Irak," demikian laporan seperti dikutip perwira psikater AD, Mayor Paul Burney seraya menyebutkan beberapa interogasi di Teluk Guantanamo.

"Kami tidak berhasil mengaitkan hubungan antara Alqaeda dan Irak. Semakin frustasi orang mengaitkan hubungan diantara keduanya, semakin tertekan pula mereka untuk berlindung dari tindakan yang bisa menghasilkan fakta-fakta mengejutkan," kata Burney.

Namun tidak semua orang tertekan oleh kenyataan itu.

Laporan itu juga menguraikan peringatan berulang-ulang dari para pakar militer dan bidang lainnya, bahkan dari awal, bahwa interogasi dengan kekerasan kurang bisa menghasilkan data intelijen yang dibutuhkan dibanding pendekatan interogasi yang kurang agresif.

Satu memo bulan Juli 2002 dari Kantor Bersama Pemulihan Prajurit yang mengamati program SERE mengingatkan bahwa jika seorang penginterogasi mendapatkan informasi hasil dari penerapan tekanan fisik dan psikologis, maka kelayakan dan ketepatan informasi ini diragukan.

"Dalam kata lain, seorang tahanan yang mengalami kesakitan yang ekstrem bisa memberikan jawaban, setiap jawaban atau malah semua jawaban hanya agar sakitnya berhenti," demikian laporan Pentagon. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009