Tokyo (ANTARA News) - Kombinasi alunan musik yang lembut mendayu dan hentakan musik bersemangat dari konser musik etnik Celia Dunkelman di Tokyo, Sabtu, seolah mewakili tekad kuat masyarakat Jepang dan juga musisi asal Indonesia akan perdamaian bagi Palestina dan Israel.

Celia, musisi Indonesia yang tinggal di Jepang, sengaja memilih alunan musik lembut "Kizuna" sebagai pembuka pertunjukan musiknya "Palestina-Israel-Indonesia-Japan Ethnic Fusion" untuk menggambarkan keterikatan sesama manusia ketika dibesarkan dalam kedamaian.

"Awal yang tenang akan mampu memberikan perasaan damai bagi para pengunjung. Jika kita bisa saling membuka hati maka kita bisa membawa rasa damai tersebut," kata Celia menerangkannya seusai pertunjukan.

Sebanyak enam lagu nonstop ditampilkan berturut-turut oleh Celia Dunkelman dan putrinya Nava Leah Dunkelman dengan memainkan sejumlah alat musik tradisional baik yang berasal dari Indonesia maupun Jepang dan Israel.

Usai menghanyutkan perasaan pengunjung, Celia yang bersuamikan warga negara Amerika Serikat itu, dengan cepat melanjutkan komposisi musiknya dengan memainkan "My Old Country Home". Sebuah lagu tentang nostalgia masa kanak-kanak Jepang akan kehangatan rumahnya.

Lagu tersebut menjadi semakin bermakna dan unik ketika paduan suara "Suara Fantasi" tampil menyanyikannya dengan suasana Indonesia dengan mengenakan baju kebaya putih dan bawahan berwarna biru.

Tepuk tangan pun langsung terdengar begitu Celia mempersilahkan putri bungsunya yang berusia 18 tahun, Nava Leah, tampil ke atas panggung untuk membantu mengiringi musik "Nahwal Saalam" yang berarti jalan perdamaian.

Semangat muda kontan saja mengiringi lagu yang dipenuhi oleh hentakan musik yang kuat dan dinamis. Sama seperti judul lagunya, iringan musik bersemangat itu mendorong perlunya membangun cinta agar dapat membawa semangat cinta akan sesama manusia ke jalan perdamaian.

Hentakan gendang yang dibawakan perempuan cantik berkulit terang itu mengundang decak kagum para pengunjung yang memenuhi restoran Indonesia Jembatan Merah. Tempat yang sengaja dipilih Celia untuk memperkenalkan Indonesia. Nava Leah mampu mengimbangi permainan elekton yang dibawakan dengan bersemangat oleh sang ibu.

Berturut-turut mereka berdua mengkombinasikan alunan musik elekton dengan berbagai intrumen musik tradiosional seperti gamelan Jawa dan Bali, dentingan O koto (alat musik tradisional Jepang), hingga suling dan angklung secara bersemangat.

Sejumlah komposisi musik dan lagu pun bergulir dengan cepat tanpa terasa. Mulai dari "Haleluyah", "Tempatku Berlindung", hingga lagu terakhir "Salam Ailikum" yang juga berarti "Shalom" atau "Damai Bagimu" selesai dibawakan.

Penonton lantas terpana ketika tahu bahwa lagu Salam Ailikum, yang dibawakan bersama-sama Suara Fantasi (paduan suara kaum ibu Jepang yang pernah tinggal di Indonesia) selesai dibawakan.

Mereka baru menyadari ketika Celia, Nava dan kelompok paduan suara dari ibu-ibu Jepang yang pernah tinggal di Indonesia itu membungkukkan badan memberi hormat kepada para pengunjung.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009