Jakarta, (ANTARA News) - Dinas Perikanan, Kelautan, dan Ketahanan Pangan DKI memperketat pengawasan masuknya ternak babi ke Jakarta sebagai antisipasi merebaknya penyakit flu babi yang awalnya merebak di negara Meksiko.

Kepala Dinas Perikanan, Kelautan, dan Ketahanan Pangan DKI Edi Setiarto menyatakan, belum ada babi yang terinfeksi virus flu babi di Jakarta, namun pihaknya akan tetap melakukan pengawasan ketat keluar masuknya hewan ternak tersebut.

"Kita sudah bergerak untuk melakukan kewaspadaan dan kegiatan pemeriksaan seperti `sweeping` dan penyemprotan. Seandainya ada tanda-tanda mencurigakan kita lakukan langkah tepat dengan resolusi," ujar Edi di Jakarta, Selasa.

Dinas disebut Edi juga melakukan intenfisikasi pemeriksaan lalu-lintas masuknya babi ke Jakarta dan mengintensifkan pemakaian alat perlindungan pada petugas pemotongan babi.

"Kita juga koordinasi dengan daerah pemasok. Sumber babi di Jakarta itu dari Jawa Tengah 90 persen dan Sumatera Utara 10 persen," ujar Edi.

Jakarta tidak memiliki peternakan babi, hanya ada satu rumah pemotongan hewan (RPH) yang terletak di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat seluas 4 hektare. RPH itu memotong sekitar 500 ekor babi per harinya dan menyimpang stok babi hidup hingga 1.000 ekor per hari.

"Babi yang dikirim ke RPH harus memiliki surat kesehatan yang menyatakan babi itu sehat dari daerah asalnya. Seperti (surat kesehatan) unggas," katanya.

Petugas di RPH dianjurkan untuk menggunakan pelindung seperti masker, sarung tangan, dan baju khusus dan tempat pemotongan diimbau untuk disemprot disinfektan tiap hari untuk mencegah menularnya penyakit "swine influenza" itu.

Meskipun Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan flu babi sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia, namun Edi menyebut belum ada penyetopan pasokan babi untuk Jakarta.

"Belum ada penyetopan babi. Kita lakukan lakukan langkah preventif dulu. Kami tekankan pada babinya. Ada dokter hewan untuk mengecek walaupun sudah ada surat keterangan sehat pada tempat pemotongan," katanya.

Dinas Kesehatan DKI melakukan sosialisasi kepada Suku Dinas Kesehatan dan puskesmas seluruh wilayah DKI mengenai gejala dan penularan flu babi tersebut sebagai antisipasi.

"Tadi pagi sudah mengumpulkan Sudinkes dan puskesmas. Target kita, sosialisasi ke pasien-pasien yang datang ke puskesmas dan sosialisasi langsung ke masyarakat. Kita akan kumpulkan masyarakat dan beri penyuluhan apa itu flu babi dan penyebarannya," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Dien Emawati.

Penyuluhan itu disebut Dien akan dilakukan secepatnya, mulai Rabu (29/4).

Dien berharap agar flu babi tidak mewabah di Jakarta meskipun menyatakan siap jika virus yang ditularkan oleh babi itu menyerang.

"Kepada puskesmas akan kita imbau untuk investigasi ketat bagi masyarakat yang sakit flu disertai sesak nafas. Kita akan cek apa ada kontak dengan babi atau tidak," ujarnya.

Flu babi (swine influenza) merupakan penyakit influenza yang disebabkan virus influenza A dengan subtipe H1NI, yang dapat ditularkan melalui binatang, terutama babi dan ada kemungkinan bisa terjadi penularan antarmanusia.

Cara penularannya dapat melalui udara dan kontak langsung antara penderita dan orang terdekatnya. Virus itu memiliki masa inkubasi 3-5 hari dan dapat menimbulkan kematian bagi si penderita.

Gejala flu babi seperti penyakit flu biasa, yaitu deman, batuk, pilek, lesu, letih, nyeri tenggorokan, napas cepat atau sesak napas serta dapat disertai mual, muntah, dan diare.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan flu babi sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia.

Asal wabah itu di negara Meksiko yang menularkannya ke negara bagian Texas, Kansas, dan California di Amerika Serikat.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009