Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik dari Universitas Diponegoro Novel Ali berpendapat peluang Partai Amanat Nasional (PAN) menjadi besar dan semakin kuat terbuka luas apabila salah satu kadernya yang kini duduk di kabinet Hatta Rajasa, dipilih Yudhoyono sebagai wapresnya.

Sekarang ini, ujar Novel Ali saat dihubungi di Jakarta, Kamis, cawapres yang akan dipilih Yudhoyono itu tidak akan jauh dari tiga nama yang saat ini ramai diperbincangkan, yakni Menko Perekonomian Sri Mulyani, Ketua MPR Hidayat Nurwahid dan Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa.

Sebagai partai yang sudah dewasa dalam berpolitik, menurut dosen FISIP Undip itu, PAN tentunya sangat mengetahui dan mampu membaca kemana kemenangan dalam pilpres nanti mengarah.

"Kalau ada politisi yang belum bisa membacanya, tentunya kita akan ragukan `feeling` nya sebagai politis," ujarnya.

Menurut Novel, adalah satu konsekuensi logis bahwa dengan terangkatnya salah satu kader partai berlambang matahari itu ditingkat yang lebih tinggi di pemerintahan, maka otomatis pula partainya akan semakin kuat setelah posisi tawar juga meningkat.

"Tapi yang jelas, mereka tentunya adalah pihak yang paling tahu bagaimana resiko-resiko jika memihak Yudhoyono atau pihak oposisi yang lainnya. Kita juga belum tahu akan kemana sikap mereka," katanya.

PAN akan menggelar rakernasnya untuk menentukan kemana arah koalisi menjelang pilpres yang akan diambilnya pada Sabtu (2/5) mendatang di Jakarta.

Saat ini dalam tubuh PAN terdapat dua arus besar yang menghendaki adanya dukungan yang berbeda untuk pilpres mendatang. Ketua MPP PAN Amien Rais menghendaki agar partai itu mendukung Yudhoyono, sementara Ketua DPP PAN Soetrisno Bachir cenderung mendukung Prabowo Subianto sebagai capresnya.

Novel Ali berpendapat, PAN seharusnya segera menentukan pilihan politiknnya itu untuk menghindari munculnya kesan perpecahan yang berlarut-larut dimata masyarakat luas.

"Konflik dalam partai adalah satu hal yang lumrah. Namun demikian, PAN tidak perlu terlalu lama menunggu dan harus segera menentukan sikapnya. Jangan sampai pula PAN menjadi pahlawan kesiangan," katanya.

Pada bagian lain Novel menyarankan bahwa partai tersebut sebaiknya mendengar bagaimana aspirasi bawah dan kemudian baru menentukan pilihannya.

"Jangan sampai keputusan-keputusan penting di PAN itu ditentukan hanya oleh figur-figur tertentu," ujarnya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009