New York (ANTARA News/AFP) - Saham Wall Street merosot pada Kamis waktu setempat, karena lemahnya permintaan pada sebuah lelang obligasi negara AS memicu kekhawatiran bahwa otoritas tak akan dapat mempertahankan suku bunga rendah untuk memicu pemulihan ekonomi, kata para dealer.

Kekecewaan lelang obligasi mengalihkan fokus dari "stress tests" (uji ketahanan) pada 19 bank besar AS, yang dikatakan pemerintah akan meningkatkan kepercayaan dalam sistem keuangan yang bermasalah.

Indeks Dow Jones Industrial Average menyusut 102,42 poin, atau 1,20 persen, menjadi ditutup pada 8.409,85, menghapus kenaikan dari "rally" pada Rabu.

Indeks komposit Nasdaq merosot 42,86 poin, atau 2,44 persen, menjadi 1.716,24 dan indeks Standard & Poor`s 500 turun 12,14 poin, atau 1,32 persen, menjadi 907,39.

Pasar dibuka menguat dalam mengantisipasi hasil tes bank yang akan dirilis setelah bel penutupan perdagangan Kamis. Tetapi, kekecewaan lelang obligasi menempatkan perdagangan pada defensif.

John Jansen dari situs keuangan Across the Curve menyebutkan lelang obligasi tersebut "sebuah kegagalan" dengan rata-rata "yield" (imbal hasil) obligasi berjangka 30-tahun pada 4,288 persen, jauh di atas ekspektasi pasar 4,192 persen.

Mike Larson dari Weiss Research mengatakan, ia meyakini permintaan yang buruk terjadi karena "pasar obligasi jauh di dalam gelembung teritorial dan itu sebuah `hari perhitungan` dengan pendekatan cepat."

Larson dan beberapa analis mencemaskan bahwa dengan departemen keuangan AS yang sedang bersiap untuk menerbitkan ratusan miliar dolar utang baru, permintaan yang lemah dapat mendorong naik yield yang berkaitan dengan suku bunga lainnya, ini dapat mengganggu upaya otoritas membawa suku bunga turun guna memicu aktivitas ekonomi.

Yield pasar obligasi naik tajam dalam lelang, mencerminkan rendahnya harga.

Yield obligasi negara AS berjangka 10-tahun melompat menjadi 3,295 persen dari 3,152 persen pada Rabu dan pada obligasi negara AS berjangka 30-tahun meningkat menjadi 4,261 persen dari 4,082 persen.

Menteri Keuangan Timothy Geithner mengatakan, bank-bank utama akan perlu mendapatkan miliaran dolar modal untuk memenuhi standar tes, tetapi akan muncul kekuatan untuk membantu ekonomi berbali naik (rebound).

Pasar bereaksi kecil terhadap data pemerintah yang menunjukkan bahwa klaim baru untuk manfaat asuransi pengangguran turun lebih banyak dari perkiraan pada pekan lalu.

Departemen tenaga kerja mengatakan, jumlah klaim awal untuk manfaat asuransi pengangguran dalam pekan yang berakhir 2 Mei, menurun menjadi 601.000, sebuah penurunan 34.000 dari revisi pekan sebelumnya 635.000.

Tetapi, jumlah pengangguran yang menarik manfaat pengangguran mencapai sebuah rekor pada 6,35 juta, sebuah kenaikan 56.000 dari level revisi sebelumnya 6,29 juta, kata departemen.

Beberapa analis mengutip keraguan bercampur takut jelang laporan bulanan payrolls (data pembayaran upah) dan tingkat pengangguran pada Jumat, yang dipandang sebagai salah satu indikator utama dari momentum ekonomi.

"Pasar kerja April tak mungkibn menunjukkan relatif suatu perbaikan penuh arti terhadap Maret," kata ekonom Joseph LaVorgna dari Deutsche Bank.

Tingkat pengangguran pada Maret naik ke posisi tertinggi 25 tahun pada 8,5 persen dan para analis memperkirakan terus meningkat.

LaVorgna mengatakan, ia mengantisipasi kehilangan 600.000 pekerjaan lainnya dan sebuah tingkat pengangguran tinggi "yang kami perkirakan secepatnya melewati 10 persen."

Di antara saham-saham utama, Wells Fargo jatuh 5,81 persen menjadi 25,28 dolar AS dan JPMorgan Chase turun 4,04 persen menjadi 35,71 dolar AS. Bank of America naik 10,80 persen menjadi 14,06 dolar AS, sementara Citigroup naik 1,81 persen menjadi 3,93 dolar AS.

Raksasa otomotif General Motors turun 3,61 persen menjadi 1,60 dolar AS, setelah melaporkan kerugian enam miliar dolar AS dalam kuartal pertama. (*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009