Kolombo (ANTARA News/AFP/Reuters) - Ribuan warga sipil meninggalkan zona perang yang kian menyusut di Sri Lanka timurlaut, Kamis, kata militer, dan sedikitnya empat orang tewas dalam pengungsian itu.

"Lebih dari 2.000 orang menyeberang ke daerah-daerah yang dikuasai pemerintah hari ini (Kamis)" dan 2.000 orang lagi sedang menunggu untuk keluar dari daerah kecil yang masih dikuasai pemberontak, kata seorang jurubicara militer.

Sedikitnya empat orang tewas dan 14 lain cedera ketika mereka melarikan diri dan ditembaki oleh pemberontak Macan Tamil, kata Brigjen Udaya Nanayakkara.

Sementara itu, utusan PBB untuk Sri Lanka Amin Awad mengatakan kepada Reuters. sumber-sumber lokal di zona tempur mengkonfirmasi bahwa 6.000 orang berada di wilayah perairan atau menyeberang dengan aman.

"Mereka berusaha menyelamatkan diri namun LTTE menembaki mereka, ke atas kepala dan ke arah mereka. Militer dan angkatan laut mengklaim telah menyelamatkan beberapa dari mereka, dan kami khawatir atas sisanya," kata Awad, yang juga ketua badan pengungsi PBB (UNHCR).

Pengungsian Kamis itu merupakan yang pertama sejak ofensif militer pada 20 April memungkinkan lebih dari 100.000 warga sipil meninggalkan daerah-daerah yang dikuasai pemberontak Tamil, kata jurubicara militer.

Dewan Keamanan PBB dan Presiden AS Barack Obama hari Rabu mendesak Macan Tamil menyerah dan membebaskan puluhan ribu warga sipil yang mereka tahan, dan meminta militer menghentikan pemboman dan mengendalikan diri dari penggunaan senjata berat.

Sri Lanka hari Kamis mengesampingkan lagi gencatan senjata dan menekankan bahwa pasukan hanya menggunakan senjata ringan sambil berusaha membebaskan warga sipil.

Macan Tamil, yang termasuk dalam daftar teroris di India, AS, Kanada dan Uni Eropa, telah bersumpah tidak akan menyerah dalam perjuangan mereka untuk mendirikan sebuah negara terpisah bagi minoritas Tamil Sri Lanka.

Pemerintah Sri Lanka yakin bahwa mereka berada di ambang kemenangan perang atas Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) setelah pertempuran 37 tahun dan menolak seruan-seruan internasional, termasuk negara-negara yang tergabung dalam G8 dan PBB, untuk menghentikan perang.

Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapakse telah beberapa kali mendesak pemberontak Macan Tamil menyerah untuk menghindari pembasmian total.

Rajapakse, yang juga panglima tertinggi angkatan bersenjata, juga menolak seruan-seruan bagi gencatan senjata dan menekankan bahwa Macan Tamil harus meletakkan senjata dan mengizinkan warga sipil keluar dari daerah-daerah yang masih mereka kuasai.

Gerilyawan Tamil dikepung selama berbulan-bulan di sebuah daerah hutan kecil oleh pasukan yang tampaknya hampir mengakhiri perang separatis mereka.

Macan Tamil mengakui telah kehilangan sejumlah wilayah dalam pertempuran dengan pasukan pemerintah dan menuduh Kolombo membunuhi warga sipil.

Militer membantah hal itu dan mengatakan, warga sipil yang melarikan diri ditembaki oleh pemberontak yang ingin menahan penduduk desa sebagai tameng manusia.

Sejumlah analis mengatakan bahwa Macan Tamil semakin mendekati kekalahan dan perang akan segera berakhir.

Militer telah mencapai serangkaian kemenangan, termasuk merebut kembali Kilinochchi, yang diklaim LTTE sebagai ibukota mereka, dan mengusir pemberontak tersebut dari Semenanjung Jaffna.

Pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak LTTE meningkat sejak pemerintah secara resmi menarik diri dari gencatan senjata enam tahun pada Januari 2008.

Pembuktian independen mengenai klaim-klaim jumlah korban mustahil dilakukan karena pemerintah Kolombo melarang wartawan pergi ke zona-zona pertempuran.

Lebih dari 70.000 orang tewas dalam konflik separatis panjang di Sri Lanka sejak 1972.

Sekitar 15.000 pemberontak Tamil memerangi pemerintah Sri Lanka dalam konflik etnik itu dalam upaya mendirikan sebuah negara Tamil merdeka.

Masyarakat Tamil mencapai sekitar 18 persen dari penduduk Sri Lanka yang berjumlah 19,2 juta orang dan mereka terpusat di provinsi-provinsi utara dan timur yang dikuasai pemberontak.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009