Peshawar, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Jumlah korban tewas ledakan bom mobil di kota Pakistan barat laut, Peshawar, kini meningkat menjadi 12 orang setelah seorang remaja pria tewas semalam, kata seorang perwira polisi, Ahad.

Ledakan mengoyak suatu jalan Sabtu, menewaskan beberapa pria, wanita dan anak-anak, serta meninggalkan ceceran bagian-bagian tubuh di jalan dekat sebuah tokoh ice cream, serta satu kafe Internet di daerah Kashkal yang padat penduduk.

"Salah seorang yang mengalami luka serius dalam ledakan kemarin tewas di rumah sakit, semalam," kata perwira polisi Peshawar, Khan Abbas, kepada AFP, dari satu rumah sakit.

"Sejauh ini, kami telah mencatat 36 korban luka-luka, dalam ledakan itu."

Abbas mengatakan kepada AFP, bahwa seorang anak lelaki, berumur 16 atau 17 tahun, adalah remaja keempat yang meninggal dalam ledakan.

Dua remaja pria berumur sekitar 15 atau 16 tahun Sabtu juga meninggal, sedangkan bocah perempuan 11 tahun yang sedang belajar di sekolah di dekat ledakan, juga meninggal.

Dua dari korban yang tewas adalah perempuan, katanya menambahkan, dan sisanya lelaki.

Seorang perwira penjinak bom mengatakan, lebih dari 30 kilogram bahan peledak digunakan dalam ledakan itu, yang diledakkan dengan pengatur waktu.

Tak seorang pun mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Namun Provinsi Perbatasan Barat Laut, yang beribukota Peshawar, telah diganggu oleh aksi kekerasan yang makin meningkat, yang dipimpin oleh kelompok garis keras Taliban.

Peshawar adalah pintu gerabng bagi sabuk suku Pakistan yang bergolak di perbatasan Afghanistan, di mana Amerika Serikat (AS) mengatakan, kelompok Taliban dan Al Qaida bersembunyi di sana untuk merancang serangan-serangan barunya terhadap negara-negara Barat.

Keluarga-keluarga yang putus asa meminta perlindungan di Peshawar, setelah melarikan diri dari serangan militer terhadap kelompok Taliban di tiga distrik di utara. Di tempat ini, pasukan Pakistan berusaha mengusir para gerilyawan yang melanggar perbatasan.

Badan pengungsi PBB mengatakan, lebih dari 1,1 juta orang telah melarikan diri dari pertempuran, dan dicatat oleh penguasa setempat dua pekan lalu.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009