Kolombo (ANTARA News/AFP) - Militer Sri Lanka, Senin, mengatakan bahwa pasukan pemerintah menewaskan tiga anggota senior Macan Tamil dan menemukan mayat putra pemimpin pemberontak itu dalam operasi pembersihan setelah mengalahkan gerakan tersebut.

Kementerian Pertahanan mengatakan salah seorang dari pemberontak itu adalah kepala bidang politiknya, tetapi tidak ada informasi tentang keberadaan pemimpin tertinggi gerilyawan itu Velupillai Prabhakaran.

Sehari setelah mengumumkan mereka telah membungkamkan meriam mereka, sisa gerilyawan itu terkepung di hutan di Sri Lanka timur laut.

Brigjen Udaya Nanayakkara mengatakan sejumlah pemberontak melakukan perlawanan sementara pasukan melakukan "operasi pembersihan" di daerah itu.

Ia mengatakan pasukan keamanan telah menemukan mayat putra Prabhakaran, Charles Anthony (24), dalam operasi itu.

Tokoh lain adalah ketua politik B. Nadesan, kepala sekretariat perdamaian Macan Tamil S. Puleedevan, dan pemimpin daerah timur mereka S.Ramesh, kata Kementerian Pertahanan.

Sri Lanka berikrar akan membunuh atau menangkap sisa tentara Macan Tamil, sementara satu pencarian yang intensif dilakukan Senin untuk menangkap Prabakharan.

Nanayakkara mengatakan nasib Prabhakaran tidak diketahui, dan menambahkan, "Kami tidak tahu apakah ia telah tewas atau masih hidup, tetapi kami tahu apa yang kami lakukan apabila kami menemukan dia."

Dalam sebuah pernyataan yang dramatis, pemberontak, Ahad, mengakui bahwa perang puluhan tahun mereka bagi satu negara merdeka untuk etnik Tamil mencapai "akhir yang pahit"--yang menandakan perang saudara terlama di Asia itu telah berakhir.

"Kami memutuskan untuk membungkam meriam kami," kata Selvarana Pathmanathan, ketua hubungan internasional Macan Tamil, dalam sebuah pernyataan.

"Satu-satunya yang hanya kami sesalkan adalah jatuhnya korban jiwa dan kami tidak dapat bertahan lebih lama lagi."

Ia mengatakan para pemimpin pemberontak termasuk Prabhakaran, masih terkurung di satu daerah kurang dari 60 are (sekitar 0,5 kilometer persegi) hutan di pantai timur laut, dikepung pasukan pemerintah.

Tetapi imbauannya bagi perundingan perdamaian --bukannya menyerah-- ditolak sama sekali oleh pemerintah, dan kementerian pertahanan mengatakan tentara telah dikirim untuk melumpuhkan sisa-sisa pemberontak dan merebut "setiap jengkal daerah."

Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapakse menangguhkan sidang parlemen dan membuka kembali sidang baru Selasa dengan satu pidato yang akan secara resmi mengumumkan berakhirnya perang itu.

Konflik itu menewaskan lebih dari 70.000 orang akibat pertempuran, serangan bunuh diri, ledakan bom dan pembunuhan.

Ibukota Sri Lanka, Kolombo, yang sering dihantam serangan bunuh diri Macan Tamil dalam 25 tahun belakangan ini, terlibat penduduk berada di jalan raya untuk merayakan kemenangan itu yang berlangsung sampai Ahad malam.

Pihak aparat berwenang memutuskan akan menangkap, membunuh atau menemukan tubuh Prabhkaran di tengah-tengah kekhawatiran ia mungkin lari untuk membangun kembali kelompok Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) dan menggunakan aksi kekerasan baru.

Pejabat pemberontak Pathmanathan, yang diperkirakan bersembunyi di sebuah negara Asia Tenggara, mengemukakan kepada televisi Saluran 4 Inggris bahwa Prabhakaran, yang tidak diketahui lokasinya sejak tahun 1972, masih hidup bersama dengan 2.000 gerilyawan, Ahad.

Tetapi juga ada laporan ia mungkin bunuh diri --yang menyebabkan mayatnya tidak dapat ditemukan atau ia mungkin telah melarikan diri dengan menggunakan kapal atau bahkan kapal selam.

Kemenangan pemerintah Sri Lanka itu juga membuat orang yang tidak bersalah tewas akibat penembakan yang membabi-buta, kata PBB. Badan hak asasi manusia PBB kini mengingini dilakukannya pemeriksaan menyangkut kejahatan perang.

Komite Palang Merah Internasional, satu-satunya organisasi yang diizinkan beroperasi di zona perang menyebut situasi di zona perang sebagai "malapetaka kemanusiaan yang tidak dapat dibayangkan".

Tetapi Sri lanka menolak tekanan internasional.

"Tidak ada pertumpahan darah sebagai mana yang dikhawatirkan orang," kata Menteri Hak Asasi Manusia Mahinda Samarasinghe kepada wartawan`

"Setiap orang keluar dengan aman dan mereka diurus pemerintah."
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009