Jakarta (ANTARA News) - Produsen karet dan sarung tangan mengharapkan kontrak pembelian bahan bakar gas tidak lagi dalam mata uang dolar AS, tetapi rupiah.

"Kami berharap, mulai 2009 dan seterusnya pembelian bahan bakar gas dilakukan dalam bentuk rupiah dan bukan dalam mata uang asing," kata Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Karet dan Sarung Tangan Indonesia, Hendri Thong, di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, pembelian gas bumi untuk kebutuhan pabrik dinilai sangat memberatkan bagi seluruh perusahaan, apalagi bila nilai tukar (kurs) dolar menguat terhadap mata uang lainnya.

Oleh karena itu, ia meminta kepada pemerintah melalui Menteri Perindustrian, Meneg BUMN, DPR RI untuk meninjau kembali keputusan yang berlaku selama ini.

Bila harga gas bumi itu belum juga diubah ke rupiah maka pihaknya, kemungkinan akan beralih untuk menggunakan batu bara sebagai alternatif pengganti bahan bakar gas.

Jika kontrak harga gas ini belum juga berubah tahun ini, ia khawatir sejumlah industri yang membutuhkan bahan bakar gas akan bangkrut. "Saat ini saja dari 15 perusahaan anggota asosiasi pengusaha karet, namun yang aktif produksi hanya 12 perusahaan," katanya.

Perusahaan yang masih aktif 10 di Sumatera, satu di Jawa Timur dan satu perusahaan lainnya di Bogor, Jawa Barat dengan jumlah tenaga kerja seluruhnya mencapai 25.000 orang, kata Hendri.

Menurut dia, sekitar 95 persen produksi anggota asosiasi ini untuk kebutuhan ekspor dan sisanya untuk keperluan dalam negeri.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009