Jakarta (ANTARA) - Manajemen Persita Tangerang siap berdiskusi dengan PSSI perihal keputusan menggaji 10 persen pemain dan ofisial selama kompetisi dihentikan sementara akibat merebaknya virus corona di Tanah Air.

Keputusan menggaji 10 persen itu dipertanyakan PSSI karena berbeda dengan kontestan lainnya yang memilih memberikan hak pemain dan ofisial sebesar 25 persen.

"Sampai sekarang PSSI belum menghubungi kami terkait dengan pembayaran gaji yang kami lakukan kepada pemain yang hanya 10 persen tersebut," ujar manajer Persita, I Nyoman Suryanthara, saat dihubungi melalui sambungan telepon dari Jakarta, Sabtu.

Baca juga: Persita potong 90 persen gaji pemain dari April sampai Juni
Baca juga: PSSI akan diskusikan pemotongan gaji di tengah COVID-19 dengan pemain


Sebelumnya, PSSI mengeluarkan keputusan force mejeure dari Maret hingga Juni. Pihak klub membolehkan menggaji pemain maksimal 25 persen dari total yang diterima.

Namun, tim berjuluk Pangeran Cisadane itu memilih untuk menggaji pemain sebesar 10 persen. Penggajian yang diambil manajemen beralasan, pasalnya mereka telah memberikan gaji penuh untuk Maret. Sementara status force mejeure PSSI berlaku Maret hingga Juni.

"Kami akan jelaskan secara detail mengapa kami hanya mampu membayar pemain 10 persen. Karena dalam keputusan PSSI maksimalnya 25 persen, dan kami menggaji 10 persen karena telah membayar full pada bulan Maret," kata dia.

Rencananya, PSSI menjadwalkan Liga 1 dan Liga 2 kembali bergulir pada Juli mendatang, dengan catatan situasi sudah membaik. Namun, bila pemerintah menambah masa tanggap darurat yang berakhir pada 29 Mei, karena virus corona masih tak terkendali, kompetisi musim ini dibatalkan.

Baca juga: Persita sebut sponsor masih tahan diri hingga ada kejelasan kompetisi
Baca juga: PSSI: SK terkait "force majeure" COVID-19 sepengetahuan FIFA
Baca juga: Putusan PSSI ijinkan gaji pemain dipotong 75 persen disorot FIFPro

 

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2020