Baghdad (ANTARA/AFP) - Irak dilanda gelombang kekerasan pada Kamis dengan serangan-serangan bunuh diri dan pemboman yang menewaskan 26 orang termasuk tiga serdadu Amerika Serikat, sehari setelah ledakan hebat di kawasan Syiah Baghdad yang merenggut 40 jiwa.

Serangan-serangan itu terjadi pada saat militer Amerika bersiap-siap meninggalkan kota-kota di negara itu hingga 30 Juni dan telah memicu ketakutan-ketakutan akan kembalinya kekerasan antarkelompok yang telah membawa Irak ke jurang perang saudara tiga tahun lalu.

Sasaran utama serangan-serangan pada Kamis adalah Baghdad, tempat seorang pembom bunuh diri meledakkan bahan peledaknya di satu pasar yang ramai di distrik Dora, yang menewaskan 12 orang dan mencederai 25, kata beberapa perwira.

Pembom itu menjadikan satu patroli jalan kaki AS sebagai sasaran, yang melintasi pasar Kristen Assyria yang terkenal di kawasan campuran kelompok itu, kata pejabat dari Kementerian Dalam Negeri dan Pertahanan kepada AFP.

Tiga serdadu AS tewas dalam ledakan itu yang menurut Mayor Angkatan Darat AS Dave Shoupe disebabkan oleh "alat peledak yang rapuh".

Shoupe membenarkan bahwa para serdadu AS juga cedera tapi ia tak menyebutkan angkanya dan juga mengatakan tak jelas apakah ledakan itu disebabkan oleh seorang pembom bunuh diri.

Sejak invasi pimpinan AS pada Maret 2003, sebanyak 4.299 serdadu Amerika telah tewas, demikian hitungan AFP berdasarkan laman independen icasualties.org.

Serangan di pasar itu terjadi setelah sebuah bom meledak di tempat sampah di dalam kantor polisi Baghdad, menewaskan tiga polisi dan mencederai 20, 12 di antaranya perwira dan delapan warga sipil, kata para pejabat kepada AFP.

Seorang pembom bunuh diri juga menewaskan delapan anggota milisi anti-Qaida di Kirkuk, kota minyak di bagian utara yang tegang saat mereka berbaris untuk mengambil gaji, kata polisi.

Aksi-aksi berdarah itu telah menimbulkan ketakutan akan kembalinya serangan-serangan gaya Al Qaida yang bertujuan menyulut aksi sektarian yang melanda negeri itu tiga tahun lalu.

Wakil Presiden Irak Tarek al-Hashemi, seorang Arab Sunni, menyerukan persatuan nasional dalam gelombang kekerasan tersebut.

"Kejahatan dan kekuatan-kekuatan kriminal kembali lagi untuk meneruskan aksi jahat terhadap rakyat yang sabar," katanya dalam satu pernyataan.

"Kami menyerukan rakyat untuk bersatu, tidak menyerah kepada musuh Irak yang berusaha merusak persatuan kita."

Ledakan di Kirkuk itu terjadi di dalam gedung yang berada di bawah pengawasan tentara Irak, tempat para pejuang anti Al Qaida yang tergabung dalam kelompok Sahwa (Kebangkitan) telah berkumpul untuk menerima gaji, kata Mayor Polisi Salam Zangana kepada AFP.

"Seorang pembom bunuh diri yang berpakaian seragama Sahwa meledakkan dirinya dalam pertemuan Sahwa dekat perguruan tinggi teknik Kirkuk. Mereka sedang menunggu giliran menerima gaji," katanya.

Serangan-serangan pada Kamis berlangsung setelah ledakan bom mobil di suatu kawasan Syiah di Baghdad Rabu malam yang menewaskan sedikitnya 40 orang dan melukai 83.

Orang-orang sedang berbelanja dan makan malam di perempatan Al-Sadrain ketika bom kuat itu meledak.

Serangan di Shula, kawasan miskin bagian baratlaut Baghdad, merupakan yang paling berdarah sejak 29 April manakala lebih 50 orang tewas dalam serangkaian serangan bom di sebagian besar distrik Baghdad yang dihuni kelompok Syiah.

Belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas serangan-serangan bom terakhir itu tetapi anggota Al Qaida biasanya menjadikan warga sipil dan juga berusaha membunuh para anggota Sahwa yang dikatakannya pengkhianat.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009