Semarang (ANTARA News) - Para seniman dari tiga negara turut serta dalam Pameran Kaligrafi dan Lukisan China di Plasa Semarang, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu, yang akan berlangsung selama dua hari hingga Minggu (31/5).

Menurut ketua penyelenggara Hidayat Purnama, seniman-seniman kaligrafi asing yang turut memamerkan karyanya berasal China, Singapura, dan Taiwan, sedangkan seniman lokal berasal dari empat kota besar di Indonesia, yakni Semarang, Jakarta, Surabaya dan Bandung.

Pameran tersebut menampilkan 529 karya, sebagian besar berupa kaligrafi dengan tulisan khas China. Selain menampilkan karya pelukis profesional dan ternama, dihadirkan pula puluhan karya pelukis pemula .

Menurut Hidayat, tulisan dalam seni kaligrafi umumnya mengandung pesan moral dan kata-kata bijak yang mengajarkan orang untuk berperilaku baik.

"Ada pula yang berisi pantun yang dapat dijadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari," ujar Ketua Himpunan Kaligrafi dan Seni Rupa Indonesia tersebut.

Ia mengatakan, pameran tersebut juga bertujuan untuk merangsang minat generasi muda untuk belajar seni kaligrafi dan lukisan dari budaya China yang memiliki filosofi tinggi.

"Tulisan kaligrafi penerusnya masih sangat sedikit, sehingga perlu ada pembibitan agar seniman kaligrafi China di Kota Semarang bisa berkembang seperti kota besar lainnya, seperti Surabaya, Bandung, dan Jakarta," ujarnya.

Sementara itu, Loe Hing Tyiang, warga keturunan Tionghoa yang mengikuti pameran tersebut, mengatakan seharusnya pameran seperti itu sebaiknya digelar secara berkala mengingat minat generasi muda yang mulai berkurang.

Ia mengatakan, untuk mencetak seorang seniman kaligrafi profesional harus dimulai dari usia anak-anak.

"Jika pelatihannya dilakukan saat dewasa sulit berkembang. Kita harus meniru kota-kota besar lainnya yang memiliki generasi penerus seni kaligrafi maupun lukisan China," ujarnya.

Ia mengaku menyumbangkan beberapa karya seni kaligrafi pada pameran tersebut. "Sejak kecil, saya memang menyukai seni kaligrafi maupun lukisan khas budaya China," ujarnya.

Lusianawati (40), warga Semarang, juga turut menyumbangkan lukisan tentang seorang menteri dalam sejarah China yang disegani ratusan tahun yang lalu.

"Saya bukanlah pelukis profesional, namun saya tetap belajar melukis dengan objek sejarah masa lalu bangsa Cina," ujarnya bangga karena lukisannya mendapat apresiasi dari sejumlah pengunjung. (*)

Pewarta:
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2009