New York (ANTARA) - Dolar AS melonjak mencapai level tertinggi satu minggu pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena investor memburu aset safe haven setelah rilis data pengangguran mingguan AS yang menunjukkan rekor 22 juta orang Amerika telah mencari tunjangan pengangguran pada bulan lalu.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang saingannya, menguat 0,45 persen menjadi 100,08, tertinggi satu minggu, setelah menghentikan penurunan beruntun empat hari, sehari sebelumnya karena kenaikan pasar ekuitas meleset.

Klaim awal untuk tunjangan pengangguran turun 1,370 juta menjadi 5,245 juta yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 11 April, kata pemerintah. Rekor pengajuan pengangguran menggarisbawahi kemerosotan ekonomi semakin dalam yang disebabkan oleh wabah virus corona.

Data klaim tunjangan pengangguran tersebut menyusul angka mengejutkan lebih dari enam juta dalam dua minggu sebelumnya, menjadikan total empat minggu menjadi lebih dari 20 juta di tengah goncangan COVID-19, Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis (16/4/2020) .

Data ritel dan pabrik AS yang sangat buruk dan penurunan harga minyak ke posisi terendah 18 tahun pada Rabu (15/4/2020) memperkuat dolar secara keseluruhan. Para ekonom memprediksi ekonomi, yang mereka yakini sudah dalam resesi, kontraksi pada kuartal pertama dengan kecepatan paling tajam sejak Perang Dunia Kedua.

Sementara stabilisasi harga minyak membantu menahan kenaikan dolar, prospek data suram.

"Dolar telah bernasib lebih baik minggu ini karena catatan data yang lemah menunjukkan jalan yang lebih lama dan lebih tidak pasti untuk pemulihan, pandangan yang lebih suram itu membangkitkan kembali selera untuk aset-aset aman," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions.

Greenback telah naik secara luas selama krisis karena investor berebut untuk berlindung di mata uang cadangan dunia, meskipun turun dari tertinggi akhir Maret sejak Federal Reserve AS mengeluarkan serangkaian langkah-langkah untuk mendukung perekonomian.

"Dalam jangka pendek, dolar diperkirakan akan tetap kuat karena statusnya sebagai safe-haven dan karena situasi ekonomi global tetap tidak menentu," kata Andrew Wilson, ketua pendapatan tetap global di Goldman Sachs Asset Management.

"Kami memperkirakan dolar berkinerja buruk dalam jangka menengah karena ekonomi mulai pulih."

Presiden AS Donald Trump akan mengumumkan pedoman pembukaan kembali perekonomian negara itu pada konferensi pers Kamis (16/4/2020) waktu setempat.

Euro melanjutkan penurunannya terhadap dolar, melemah 0,72 persen pada 1,083 dolar, ketika kesepakatan setengah triliun euro dicapai antara pemerintah zona euro minggu lalu untuk mendukung negara-negara mengatasi wabah virus corona yang secara luas dipandang sebagai tidak cukup, terutama untuk yang sarat utang seperti Italia.

Yen melemah 0,25 persen terhadap dolar, karena Jepang memperpanjang keadaan darurat di luar kota-kota besar ke seluruh negara.

Dolar naik terhadap mata uang yang dianggap taruhan lebih berisiko, naik tipis terhadap pound Inggris serta dolar Australia dan Selandia Baru.



Baca juga: Dolar menguat, investor buru 'greenback' setelah data ekonomi AS suram
Baca juga: Di tengah bayang-bayang resesi global, dolar AS menguat
Baca juga: Dolar AS jatuh ke terendah dua minggu, selera risiko kembali ke pasar

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020