Tren

Corona di ranah fesyen mengilhami sejumlah brand papan atas membuat masker mewah harga selangit.

Tala Alamuddin, adik ipar George Clooney menjual masker wajah non-medis dan dompet wadah hand sanitizer mewah, masing-masing seharga 33 dolar AS atau nyaris Rp500 ribuan, inden alias menunggu produksi.

Barang-barang itu dijual di situs fesyen miliknya. Masker wajah tak berfaedah secara medis itu disebut “Le Masque”.

Hadir dalam berbagai warna dan motif mulai dari motif macan tutul sampai biru denim. Sedikit uang dari hasil penjualan masker akan disumbangkan ke palang merah di Singapura untuk membantu mereka yang terkena virus corona.

Baca juga: Gara-gara virus corona, Giorgio Armani gelar pertunjukan daring

Baca juga: Enam pagelaran busana yang ditunda akibat virus corona


Memakai barang branded di tengah pandemi nyatanya memang jadi tren fesyen. Masker-masker berlogo X keluaran Off-White, misalnya, dijual di platform jualan StockX dengan harga fantastis sampai 340 dolar AS (sekira Rp5,2 juta).

Di Tanah Air, warganet heboh saat juru bicara penanganan virus corona (COVID-19), Achmad Yurianto tampil di televisi menyampaikan perkembangan penanganan COVID-19 di Kantor BNPB, Jakarta mengenakan masker wajah berbagai motif batik.

Yuri, sapaan akrabnya juga menjadi pemberitaan saat mengenakan baju batik dengan motif mirip virus corona. Meski banyak yang mengira itu adalah batik bermotif virus corona, nyatanya itu adalah baju koleksi lama sang dokter militer tersebut.

"Ini baju setahun yang lalu saat peringatan hari AIDS sedunia," kata Yuri kepada ANTARA di Jakarta pada Minggu.

Yuri memang terlihat mengenakan batik bermotif bulat-bulat serupa virus dengan pita berwarna merah putih yang melengkung terjalin mirip pita simbol HIV AIDS.

Pendiri label batik Purana, Nonita Respati mengatakan bahwa motif-motif pada batik klasik memiliki makna filosofis termasuk doa dan harapan dari sang empunya batik itu sendiri.

"Dalam motif batik klasik setiap motifnya dari Parang, Kawung, Sekar Jagad, Truntum misalnya, selain filosofis, ia juga seremonial (memiliki guna digunakan untuk sebuah acara atau upacara)," kata Nonita.

Baca juga: Petugas peragaan busana Valentino gunakan masker

Baca juga: Corona hingga banjir, inspirasi busana "Kemelut" karya Ariy Arka


Wanita lulusan Fakultas Hubungan Internasional, Universitas Parahyangan, Bandung itu mengatakan bahwa para pencinta batik yang paham akan mengenakan batik dengan motif tertentu yang sesuai dengan dengan tujuan seremoni.

Senada dengan Nonita, desainer Sonya Morina mengatakan motif batik memiliki makna filosofis di baliknya.

"Ada makna yang tersirat dalam setiap gambar, karena motif-motif batik tidak akan lepas dari pandangan hidup setiap pembuatannya, pemberian nama pun berkaitan dengan suatu harapan kehidupan pastinya," kata Sonya.
 

Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020