Jakarta (ANTARA News) - Indonesia masih mengimpor amonium nitrat sekitar 339.000 ton per tahun, kata Direktur Jenderal Industri Kimia, Argo dan Hasil Hutan Departemen Perindustrian, Benny Wahyudi.

Benny di Jakarta Jumat mengatakan, sebagian besar kebutuhan amonium nitrat Indonesia itu dipenuhi melalui impor dari China, Australia, India, Korea, Thailand, Jepang dan Fhilipina.

Ia mengatakan, kapasitas yang baru bisa terpenuhi dari produksi PT Multi Nitrotama Kimia Cikampek Jawa Barat sebanyak 40.000 ton per tahun dari kebutuhan yang mencapai 379.000 ton per tahun.

Amonium nitrat itu di Indonesia digunakan untuk campuran semen, pupuk serta industri pertambangan.

"Kalau melihat pertumbuhan kebutuhan nasional amonium nitrat antara delapan persen hingga 10 persen per tahun. Hal itu seiring pertumbuhan di sektor pertambangan dan sektor lainnya," katanya.

Di dalam negeri, untuk mengantisipasi meningkatnya kebutuhan, tengah dibangun pabrik amonium nitrat, yaitu PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI). Pabrik tersebut akan dibangun di Bontang Provinsi Kalimantan Timur, sedangkan pekerjaan tahap awal telah dimulai sejak akhir 2007.

"Pembangunan infrastruktur pabrik amonium nitrat terbesar di Indonesia itu akan di mulai pertengahan Juli 2009 dan dijadwalkan selesai pada kuartal kedua tahun 2011," kata Benny.

Pabrik tersebut berkapasitas mencapai 300.000 ton per tahun.

"Pembangunan pabrik oleh PT Kaltim Nitrate Indonesia itu merupakan perusahaan patungan penanaman modal asing (PMA), Orica Ltd Australia dan PT Armindo Prima dengan investasi mencapai 660 juta dolar AS," ujarnya.

Dikatakan, sumber daya alam untuk bahan tersebut di Indonesia cukup tersedia, namun belum sepenuhnya dapat dikelola, karena untuk pengelolaannya memerlukan teknologi mutakhir dan biaya cukup besar.

Bagi pemerintah proyek ini sangat strategis, karena dapat menghemat devisa dari impor amonium nitrat mencapai 150 juta dolar AS per tahun atau sekitar Rp1,54 trliun/tahun.

Pabrik tersebut dibangun di atas lahan seluas 10 hektare, dalam pekerjaan infrastrukturnya menyerap tenaga lokal mencapai 1.000 orang.*
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009