Jakarta (ANTARA News) - Pemerintahan Malaysia beberapa tahun ini berusaha  mengurangi jumlah tenaga kerja asing, ujar Counsellor (Labour) Embassy of Malysia, Zaini bin Yaacob, di Jakarta.

"Selepas krisis ekonomi global ini pulih, pemerintah Malaysia akan menata kembali sistem perekonomiannya terutama masalah tenaga kerja asing," kata Zaini, Senin.

Menurut dia, pengurangan tenaga kerja asing bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada tenaga kerja lokal (Malaysia) karena jumlah tenaga kerja lokal yang kehilangan pekerjaan jauh lebih tinggi dibandingkan tenaga kerja asing.

Pada priode 1 Oktober 2008 - 28 Mei 2009, jumlah tenaga kerja korban PHK di Malaysia sebanyak 35.663 orang di mana 77,5 persen atau 27.625 diantaranya pekerja lokal Malaysia, sedangkan 22,5 persen atau 8.038 orang adalah tenaga kerja asing.

"Jadi, kesempatan kerja akan diutamakan untuk tenaga kerja lokal. Jika mereka tidak bersedia (bekerja), baru lowongan tersebut ditawarkan kepada tenaga kerja asing," jelas Zaini.

Meski begitu, Malaysia akan mempertahankan tenaga kerja asing yang memiliki ketrampilan atau keahlian khusus seperti tenaga kerja bidang kesehatan, pertambangan dan perkebunan.

"Tenaga kerja yang memiliki ketrampilan khusus itu bukan hanya diperlukan perusahaan, tetapi juga oleh individu dan keluarga," ujarnya.

Meski Malaysia bertekad mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja asing, tenaga kerja asing masih menjadi pilihan utama karena mereka akan bekerja tanpa pilih-pilih pekerjaan seperti umumnya menjadi sifat tenaga kerja lokal.

Untuk menyiapkan tenaga kerja lokal yang trampil dan ahli di bidangnya, pemerintahan Malaysia telah membuka program "didik dan tempatkan" yang dibiayai APBN negara itu,  serta membuka laman khusus tenaga kerja lokal.

Hingga saat ini jumlah tenaga kerja asing yang terdaftar mencapai 1,9 juta orang yang terus berkurang dalam beberapa terakhir.  Mereka kebanyakan berasal dari Filipina, Bangladesh, Thailand, Indonesia, Nepal dan beberapa negara Asia lain. (*)





Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009