Purwokerto (ANTARA) - Selama bekerja menjadi dokter spesialis paru, pengalaman mengobati pasien positif COVID-19 mungkin akan menjadi penggalan cerita kehidupan yang akan disimpan rapat dalam ingatan dokter Moniqa

Bekerja di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto yang merupakan rumah sakit rujukan COVID-19 telah mempertemukannya dengan pasien-pasien terkonfirmasi positif COVID-19.

Dokter bernama lengkap dr. Wisuda Moniqa Silviyana, Sp.P itu masih mengingat dengan baik hari di mana salah satu pasiennya yang terkonfirmasi positif COVID-19 mengalami perburukan dan sesak lalu meninggal dunia.

Padahal dirinya bersama tim penyakit infeksi emerging (PIE) RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo telah melakukan segala upaya terbaik yang bisa dilakukan, mulai dari melakukan intubasi hingga memasang ventilator untuk alat bantu napas namun takdir berkata lain dan pasien tidak tertolong. Kenyataan itu membuatnya sedih.

Namun ternyata kesedihan belum selesai sampai di situ tidak berapa lama kemudian dia mendapatkan kabar bahwa jenazah sempat mendapatkan penolakan ketika akan dimakamkan padahal pemulasaraan telah dilakukan sesuai standar prosedur penanganan pasien COVID-19.

Baginya, hari itu adalah hari yang kelabu yang tidak akan pernah ia lupakan, dan telah ia simpan dengan baik di ingatan agar nantinya akan dapat terus abadi menjadi gulungan kenangan.

Namun demikian, pengalaman itu juga menjadikannya semakin kuat dan terus berupaya terbaik melakukan penanganan secepatnya, sebaik-baiknya, meskipun ia sadar bahwa pekerjaan ini sangat berisiko penularan akibat kontak langsung dengan pasien yang ditangani setiap hari.

Namun dorongan untuk menyembuhkan pasien ia rasakan lebih besar dari rasa takutnya, sehingga ia berusaha menyiasatinya dengan berfikir positif bahwa penularan ini bisa dicegah dengan cara menerapkan prinsip-prinsip standar pencegahan infeksi.

"Untuk itulah kami berusaha menggunakan APD yang sesuai, mengikuti prosedur bagaimana cara memakai dan melepasnya, melakukan cuci tangan atau disinfeksi. Dengan bekerja sesuai standar, Insya Allah akan aman terlindungi," katanya.

 

Rindu Anak

 

Selama masa pandemi dokter Moniqa menyadari betul bahwa tugas menangani pasien COVID-19 adalah bagian dari kewajibannya sebagai dokter spesialis paru.

Namun selain merupakan seorang dokter, ia juga merupakan seorang ibu, dan ketika berjibaku di tengah pandemi, ada kalanya dia sangat merindukan si buah hati.

Jarak dari rumahnya ke rumah sakit tempat ia bekerja sekitar 90 kilometer, rumahnya memang berlokasi di Kabupaten Wonosobo sementara rumah sakit berlokasi di Kabupaten Banyumas.

"Jarak dari rumah ke rumah sakit saya tempuh sekitar dua jam, biasanya dulu sebelum pandemi saya bisa pulang hampir tiga kali seminggu agar bisa ketemu anak terutama jika sedang tidak banyak pasien dan tindakan. Dari rumah saya berangkat jam 5.30 pagi sampai rumah sakit jam 7.30 pagi," katanya.

Namun sekarang, setelah ada pandemi, kesibukannya semakin menjadi dan membuatnya jarang sekali bisa pulang ke rumah.

Sekarang ini, tambah dia, dirinya jarang sekali bisa pulang, paling cepat dua minggu sekali atau bahkan lebih, itupun setelah melewati pemeriksaan rapid test dan swab, apabila hasilnya aman baru dia berani pulang.

"Saya tetap mengupayakan pulang demi melihat anak dan suami, sampai rumah saya langsung mandi dan membersihkan diri lalu tidur di kamar yang berbeda, karena takut kalau saya ada membawa virus," katanya.

Kondisi demikian kadang menorehkan pilu dihatinya, sehingga ia berharap pandemi segera berakhir sehingga ia dapat memeluk anaknya seperti biasanya, menjalankan perannya sebagai dokter, seorang istri dan juga sebagai seorang ibu.

Dia meyakini dengan bahu membahu dan bersama-sama saling mencegah, maka pandemi akan dapat dihadapi, akan selalu ada terang diujung lintasan yang gelap.

"Hadapi COVID-19 ini dengan pikiran positif, saling bahu membahu mendukung satu sama lain. Kenali penyakit ini, pelajari gejala dan tanda serta cara penularannya, terapkan langkah-langkah pencegahannya. Terapkan pola hidup bersih dan sehat serta tetap dirumah selama wabah akan menekan berkembangnya penyakit ini," katanya.

Dia juga mengingatkan warga untuk menggunakan masker, menerapkan etika batuk, mengkonsumsi makanan bernutrisi, minum air putih yang banyak dan istirahat dengan cukup, serta melakukan jaga jarak fisik dan sebisa mungkin tetap dirumah guna menekan rantai penularan.

"Bila ada anggota keluarga atau kerabat yang terinfeksi segera kita bantu untuk penanganan selanjutnya di ruang isolasi rumah sakit. Biarkan tim medis bekerja untuk mereka, keluarga dan tetangga mari saling dukung dari rumah dengan doa dan semangat. Jika saatnya mereka dinyatakan sembuh, mereka akan diperbolehkan pulang jauhi stigma dan tetap berpikiran positif," katanya.

Dia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada masyarakat yang sudah banyak membantu para petugas medis.

Dia mengatakan tim nya mendapat banyak sekali bantuan dari masyarakat berupa APD, masker, hingga vitamin dan makanan.

Mendapatkan beribu perhatian, ada rasa haru yang mengalir di antara peluh mereka yang sedang berjuang di garda terdepan, dan ada rasa hangat yang menjalar di hati mereka yang sedang mengobati pasien di ruang isolasi.

Sementara itu, Bupati Banyumas Achmad Husein mengatakan jumlah pasien positif COVID-19 di wilayah setempat mencapai 13 orang.

Dari total pasien yang sudah dinyatakan sembuh sebanyak lima orang dan dua orang di antaranya meninggal dunia.
***3***
T.W004

Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020