Jakarta (ANTARA News) - Hasil survei telepon (telepolling) Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) menunjukan, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono unggul dari dua pasangan lainnya dengan angka dukungan 54,9 persen.

Posisi kedua ditempati pasangan Megawati-Prabowo dengan perolehan 9,7 persen, sedangkan Jusuf Kalla-Wiranto berada di urutan ketiga dengan dukungan 6,8 persen responden.  Sekitar 27 persen masyarakat belum menyatakan pilihannya.

"Masih ada peluang terjadinya dinamika, hal ini dilihat dari 27 persen masyarakat yang masih belum terbuka menyatakan pilihannya," kata Kepala Divisi Penelitian LP3ES Fajar Nursaid, saat menyampaikan hasil survei LP3ES di Jakarta, Senin,

Survei dilakukan pada 3-4 Juni 2009 lalu terhadap 1.994 responden yang merupakan pengguna telepon rumah tangga di 15 kota besar Indonesia.

Hasil survei itu juga memperlihatkan keunggulan pasangan SBY-Boediono dari berbagai faktor, salah satunya faktor figur Yudhoyono di mana 72,5 persen dari seluruh pendukung SBY-Boediono memilih pasangan ini karena faktor Yudhoyono dan hanya 2,2 persen yang memilih Boediono.

Sementara dari jumlah responden yang memilih pasangan JK-Wiranto, 63,2 persen karena faktor Kalla dan 7 persen memilih Wiranto.

Sedangkan dari jumlah responden yang memilih pasangan Megawati-Prabowo sedikit unik karena figur Prabowo lebih unggul ketimbang Megawati. "Yang memilih Prabowo sebesar 35,4 persen responden dan yang memilih Megawati 32,4 persen," katanya.

"Pasangan Megawati-Prabowo terbilang unik, karena ada dua motor pengerak yang baik, tidak seperti pasangan lainnya yang hanya seorang saja," katanya.

Menurut Fajar, kepercayaan responden pada pasangan SBY-Boediono lebih unggul dibanding pasangan lainnya, dalam hal program yang paling memihak rakyat, paling bersih dari KKN, dan paling mencerminkan sikap peduli pada rakyat kecil.

Responden survei telepon yang dilakukan LP3ES ditentukan secara acak sistematis berdasarkan buku telepon residensial yang diterbitkan PT Telkom. Margin error diperkirakan sebesar plus minus 2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009