Jakarta (ANTARA) - Memperingati Hari Kartini 2020, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan diskusi publik secara daring berjudul “Habis Pandemi Terbitlah Terang: Pendidikan di Tengah COVID-19”, Selasa.

Diskusi menghadirkan narasumber Dr Baby Jim Aditya, Deputi Bidang Pendidikan dan Pelatihan BPIP yang juga seorang psikolog, dan Satriyani Wisyawati Rahayu SPd MPd, Kepala Sekolah SMP Pawyatan, Doho, Kediri, yang juga merupakan ikon Prestasi Pancasila 2019 kategori Sains dan Inovasi dan moderator adalah Nia Syarifudin, Aktifis Perempuan dan Ketua Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika.

Baca juga: Laku Pancasila di Tengah Wabah Corona

Baca juga: MPR-BPIP perkuat kerja sama kembalikan marwah Pancasila

Baca juga: Romo Benny: Salam kebangsaan kokohkan persaudaraan dalam perbedaan


Diskusi diikuti sekitar 80 orang peserta yang mendaftar lewat aplikasi Whatsapps. Mereka berasal dari berbagai latar belakang seperti aktivis, dosen, mahasiswa, ibu rumah tangga, pekerja lepas, PNS, ataupun anggota TNI. Mereka ini datang bukan hanya dari Jakarta, namun juga dari berbagai daerah seperti Bandung, Bekasi, Lahat (Sumatera Utara), Makassar, dan Pandeglang Banten.

Direktur Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan BPIP Aris Heru Utomo, dalam sambutannya yag dirilis BPIP, menyampaikan bahwa kegiatan diskusi daring yang baru pertama kali dilakukan BPIP dan terbuka untuk umum ini bertujuan untuk mendiskusikan pemikiran dan tindakan seorang R.A Kartini yang sarat dengan mutiara nilai-nilai Pancasila.

Pendidikan dipilih menjadi tema diskusi karena sejarah menunjukkan bahwa perjuangan Kartini tidak semata-mata terkait dengan masalah emansipasi wanita, namun juga masalah pendidikan.

Dampak pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), kata Aris, menyebabkan pendidikan tidak dapat dilaksanakan secara formal di ruang-ruang kelas, sehingga membuat semua mesti kreatif dalam menyelenggarakan pendidikan dengan semangat gotong royong dan tolong menolong berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

Dengan semangat tersebut, maka diharapkan semua berharap akan dapat melewati ujian pandemi COVID-19 dengan baik, seperti kata R.A Kartini “Tiada awan di langit yang tetap selamanya. Tiada mungkin akan terus-menerus terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan. Kehidupan manusia serupa alam”.

Satriyani yang bertindak sebagai nara sumber pertama menyampaikan kilas balik perjuangan dan pemikiran RA Kartini untuk memajukan perempuan Indonesia yang sangat tertinggal dibanding dengan perempuan bangsa-bangsa Eropa, terutama dalam hal pendidikan.

Menurut Satriyani, di tengah pandemi COVID-19 menuntut semua pihak hendaknya dapat memetik hikmah dari peristiwa yang terjadi, antara lain bahwa dalam melaksanakan pendidikan hendaknya kembali pada tujuan pendidikan untuk membangun karakter, bukan semata membangun kecerdasan akal.

Seperti dikatakan R.A Kartini dalam bukunya “Habis Gelap Terbitlah Terang”, pendidikan hendaknya tidak semata membangun kecerdasan akal, namun juga membangun budi dan jiwa peserta didik.

Dari pemikiran Kartini, Satriyani percaya bahwa proses pendidikan bermula dari keluarga. Keluarga adalah sekolah pertama yang mengajarkan konsep dasar pengajaran yang dikemukakan Ki Hajar Dewantara yaitu ‘ing ngarso sung toludo ing madyo mbangun karso tut wuri handayani’. Orang tua memiliki kesempatan untuk mendidik anak sekaligus memberi teladan agar terbentuk generasi yang memiliki jati diri dan karakter.

“Untuk membangun karakter peserta didik dan mengenalkan nilai-nilai Pancasila, kami memanfaatkan teknologi informasi dan terus berinovasi mengembangkan materi pembelajaran dengan pola interaktif antara lain menggunakan permainan (game) tradisional, sehingga peserta didik dapat belajar tanpa merasa tertekan, tidak bosan dan jenuh,” tambah Satriyani.

Sementara itu Baby Jim Aditya dalam paparannya menyampaikan bahwa dari pandemi COVID-19 sebenarnya kita tengah melihat kebangkitan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

“Secara default tanpa diminta masyarakat Indonesia tergerak untuk saling membantu, melakukan aksi gotong royong berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Masyarakat bergotong royong dan tolong menolong tanpa melihat ras, agama, dan kesukuan, ” ujar Baby Jim Aditya.

Ditambahkan oleh Baby Jim Aditya bahwa semangat yang dibawa Kartini senantiasa memotivasi untuk saling bergotong-royong sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Setiap manusia dan generasi pasti mengalami masa-masa sulit, tetapi juga akan merasakan masa-masa kebahagiaan. Di balik kesusahan, kesulitan dan musibah apapun, sebagai bangsa yang berfalsafah Pancasila yang yakin pada Tuhan Yang Maha Kuasa, terbentang jalan menuju kemudahan, kebangkitan dan kejayaan.

Semangat Kartini sangat penting untuk ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa, utamanya generasi millenial. Dalam kesusahan akan timbul kemudahan, dalam kegagalan akan timbul pengalaman. Sehingga setiap orang dapat belajar dari pengalaman dan dari situ pula muncul kreativitas. Sebelum peristiwa pandemi, kebanyakan orang terjebak dengan rutinitas yang lebih individualistik, kini bisa saja terbentuk karakter yang lebih sosialistik, setiap orang dapat lebih mengenal diri dan keluarganya.

“Dalam konteks keluarga, pandemi COVID-19 memberi waktu bagi kita semua untuk lebih mengenal diri sendiri dan keluarga. Hubungan erat antara orang tua dan anak mulai terjalin kembali, setelah sempat terputus karena rutinitas di masa normal,” ujar Baby.

Pewarta: Joko Susilo
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2020