Seoul (ANTARA News/AFP) - Korea Utara, Sabtu, menyatakan akan membuat lebih banyak bom nuklir dan mulai memperkaya uranium untuk program senjata atom baru, setelah Dewan Keamanan PBB menjatuhkan sanksi-sanksi atas tes nuklirnya.

Korut, yang melukiskan resolusi sanksi-sanksi yang dijatuhkan pada Jumat itu sebagai "produk keji" kampanye yang didorong Amerika Serikat, menyatakan pihaknya tidak akan pernah meninggalkan senjata-senjata nuklir dan akan memperlakukan setiap upaya memblokadenya sebagai pernyataan perang.

DK PBB yang beranggota 15 negara menyatakan dengan suara bulat pada Jumat akan memberlakukan sanksi-sanksi lebih keras atas Korut untuk melumpuhkan program rudal balistik dan nuklirnya.

Negara komunis itu, dalam pernyataan yang dikeluarkan kementerian luar negerinya seperti dilaporkan kantor berita KCNA, menyatakan semua plutonium baru yang sudah disarikan akan dipersenjatai.

Sepertiga dari tangkai bahan bakar yang digunakan dari reaktor Yongbyon sejauh ini telah diproses kembali menjadi plutonium berkelas senjata, katanya.

"Kedua, kami akan memulai pengayaan uranium," katanya dalam pengakuan pertama bahwa pihaknya memiliki program demikian -- langkah kedua menjadi bom nuklir.

Pada 2002, Korut membantah klaim AS bahwa pihaknya mengoperasikan program rahasia pengayaan uranium selain operasi berdasarkan plutonium yang diakuinya.

Reaktor-reaktor yang memproduksi plutonium ditutup berdasarkan kesepakatan enam negara pada 2007. Tapi Pyongyang bertekad akan memulai kembali reaktor-reaktor tersebut setelah DK PBB pada April mengecam peluncuran roket berjelajah jauhnya.

Dalam pernyataan kementerian itu disebutkan bahwa pihaknya siap menghadapi segala risiko atas isolasi dan blokade yang diberlakukan.

Resolusi 1874 disahkan pada Jumat yang tidak memberi otorisasi penggunaan kekuatan menyerukan negara-negara anggota PBB akan memperluas sanksi yang dijatuhkan setelah tes nuklir pertama Korut pada 2006.

Juga diserukan inspeksi ketat kargo yang diduga berisi rudal yang dilarang - dan barang-barang terkait nuklir, embargo senjata yang lebih keras dan hal-hal yang terkait keuangan untuk menghentikan pendapatan dari sektor nuklir dan rudal.

Korut dituntut tidak melakukan tes nuklir lebih lanjut atau meluncurkan rudal dengan menggunakan teknologi misil balistik dan meninggalkan semua senjata dan program nuklir.

Duta Besar AS untuk PBB Susan Rice mengatakan pihaknya tak heran jika Korut "beraksi atas sanksi keras yang dijatuhkan dan akan melakukan provokasi lagi."

Para pejabat intelijen AS berpendapat negara itu akan menanggapi dengan tes atom ketiga, demikian sumber-sumber yang dikutip jaringan TV Amerika.

Pyongyang menindaklanjuti tes nuklirnya pada 25 Mei dengan meluncurkan rudal-rudal jarak pendek, yang menimbulkan ketegangan di Semenanjung Korea.

Seoul telah mengerahkan 600 prajurit marinir ke tapal batas keduanya. Pernyataan Korut itu dikecam sebagai "satu tantangan besar" bagi usaha-usaha internasional untuk mempromosikan perdamaian di kawasan itu.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009