Yogyakarta, 14/6 (ANTARA) - Sekitar 60 persen dari seluruh biro perjalanan wisata anggota Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (ASITA) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mati suri usahanya, karena menurunnya kunjungan wisatawan mancanegara ke daerah ini.

"Dari 140 biro perjalanan wisata anggota ASITA DIY, tercatat sekitar 80 biro di antaranya dalam kondisi mati suri," kata Ketua Umum Dewan Pengurus Daerah (DPD) Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (ASITA) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) M A Desky di Yogyakarta, Minggu.

Menurut dia, kondisi seperti itu akan terus berlanjut karena pada tahun ini jumlah kunjungan wisman ke DIY diperkirakan turun sekitar 25 persen dibandingkan jumlah kunjungan wisman 2008 yang mencapai 150.000 orang.

"Memang dari sejumlah biro perjalanan yang usahanya dianggap mati suri itu, sewaktu waktu bisa hidup lagi ketika ada rombongan wisman yang membeli paket wisata kunjungan ke Yogyakarta. Namun, jika sama sekali tidak ada kunjungan, maka mereka tetap mati suri," katanya.

Menurut dia, meskipun kondisinya mati suri, biro perjalanan harus menghidupi karyawannya, karena tidak bisa begitu saja melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap pekerja, mengingat mereka memiliki keluarga yang harus dihidupi.

Untuk bisa mempertahankan hidup, maka biro perjalanan wisata yang kondisi usahanya mati suri mengembangkan usaha dengan berjualan tiket pesawat terbang, meskipun keuntungannya sangat kecil, bahkan hanya sekadar bisa hidup.

"Jadi, hampir 60 persen biro perjalanan di Yogyakata berjualan tiket pesawat untuk sekadar memrpertahankan hidup usahanya," kata Desky.

Ia mencontohkan kecilnya keuntungan menjadi agen penjualan tiket pesawat terbang, untuk tiket pesawat Yogyakarta-Jakarta yang harganya Rp400.000, agen hanya memperoleh keuntungan Rp5.000 per tiket.

"Karena itu, jika omzet penjualan tiket pesawat terbang di bawah Rp500 juta, maka biro perjalanan tidak bisa hidup, dan baru bisa hidup jika omzet penjualannya di atas Rp500 juta," katanya.

Menurut dia, tahun ini kunjungan wisman ke DIY diperkirakan menurun, karena ada pengaruh krisis finansial global khususnya wisman dari negara-negara di Eropa dan Amerika.

Sedangkan wisman asal negara-negara di Asia masih ada yang mengunjungi DIY.

"Krisis tersebut jelas ada pengaruhnya terhadap pariwisata, tidak saja di DIY, tetapi juga pariwisata di Bali, Lombok dan daerah tujuan wisata lainnya di Indonesia," katanya.

Ia mengatakan sejak awal sudah dapat diprediksikan bahwa tingkat kunjungan wisman pada 2009 akan turun, dan otomatis wisman yang datang ke Yogyakarta juga menurun jumlahnya, dan semua itu juga berpengaruh terhadap tingkat hunian hotel di DIY.

"Selama 2009 jumlah wisman yang datang ke Yogyakarta diperkirakan tidak akan menyamai jumlah kunjungan wisman pada 2008 yang mencapai 150.000 orang. Jumlah kunjungan wisman dipastikan di bawah pencapaian 2008, atau paling tidak turun 25 persen," katanya. ***5***

(U.H008/B/M008/M008) 14-06-2009 08:19:34

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009