Moskow (ANTARA News/Reuters) - Rusia mengharapkan Presiden AS Barack Obama tidak akan mengikuti rencana pendahulunya untuk mengerahkan senjata di angkasa, tapi Moskow siap untuk menanggapi dengan pantas terhadap langkah seperti itu, seorang jenderal senior Rusia mengatakan.

Rusia, yang sedang merundingkan dengan AS perjanjian baru untuk mengekang senjata nuklir guna menggantikan Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis (START-1) yang akan berakhir Desember, menentang "pengerahan senjata di angkasa".

Presiden Dmitry Medvedev, yang akan menerima Obama bulan depan dalam kunjungan pertamanya ke Moskow, mengatakan syarat-syarat Rusia untuk perjanjian baru senjata nuklir meliputi pelarangan senjata di angkasa.

"Sejauh yang saya tahu, pemerintah AS sekarang ini memiliki rencana yang sedikit berbeda -- mereka telah menjadi lebih bersahaja dan lebih realistis," salah seorang Wakil Menteri Pertahanan Rusia, Vladimir Popovkin, yang memimpin urusan pesenjataan, mengatakan, Rabu, pada konferensi pers.

Ia mengatakan Rusia dapat menemukan cara yang murah menghadapi sistem pertahanan angkasa AS yang potensial itu.

"Ada jawaban yang lebih memadai, dan untuk ini tidak ada kebutuhan untuk menempatkan senjata di angkasa," ia mengatakan. "Bukan masalah besar untuk menembak jatuh sebuah satelit di angkasa, dan China telah membuktikan hal itu dengan melakukan percobaan yang relevan."

Popovkin mengingatkan bagaimana upaya ketika itu presiden AS Ronald Reagan untuk menciptakan sistem anti-rudal yang ditempatkan di angkasa telah mempercepat perlombaan senjata Perang Dingin dan membantu mempercepat runtuhnya Uni Soviet.

"Kami telah terseret ke dalam upaya gila-gilaan yang disebut `Perang Bintang (Star Wars)` di bawah (Presiden AS Ronald) Reagan ini, dan anda tahu dengan baik bahwa hasilnya adalah -- ini adalah salah satu penyebab di balik runtuhnya Uni Soviet. Kami telah menghamburkan jumlah uang yang sangat besar," ia mengatakan.

Bekas presiden George W. Bush telah memerintahkan Pentagon untuk mulai mencari sistem anti-rudal baru empat tahun lalu sebagai tindakan berjaga-jaga terhadap peluncuran (rudal) dari Korea Utara atau Iran.

Kongres telah menyetujui dana 5 juta dolar AS untuk menyelidiki kemugkinan pertahaan rudal yang berpangkalan di angkasa Oktober lalu, langkah awal potensial ke arah sistem "Perang Bintang". AS telah menghabiskan lebih dari 100 miliar dolar untuk mengembangkan sistem anti-rudal di darat, laut dan di udara.

Rusia percaya AS memperhatikan terutama mengenai keselamatan kelompok satelitnya di orbit yang sangat penting untuk mengkoordinasikan tentara AS yang dikerahkan di seluruh dunia dan untuk menang dalam perang di Irak dan Afghanistan, kata Popovkin.

Wakil Menteri Pertahanan itu juga mengatakan bahwa Rusia mengharapkan percobaan terakhir yang berhasil dari rudal nuklir strategis Bulava-nya yang banyak ditangguhkan, tahun ini dan melakukan penerbangan pertama jet tempur generasi kelimanya yang baru.

"Tugas itu tahun ini kami harus menyelesaikan semua uji coba penerbangan Bulava yang mencakup penerbangan dari atas Yury Dolgoruky (kapal selam nuklir)," kata Popovkin.

"Mengenai pesawat generasi kelima itu, hal itu direncanakan akan dilakukan tahun ini dan kami tidak memiliki alasan untuk menangguhkan tenggat waktunya. Mesinnya akan berupa 4++++ tapi pesawat itu sendiri dan banyak dari elemen pentingnya akan benar-benar generasi kelima."(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009