Teheran,(ANTARA News) - Sedikitnya 457 orang ditahan dalam bentrokan keras di Teheran, kata radio pemerintah Senin dan 10 orang juga tewas sementara Iran berusaha mengatasi krisis terburuk sejak Revolusi Islam.

Radio Iran yang mengutip pernyataan polisi yang mengatakan penahanan itu dilakukan ketika para pengunjuk rasa dan pasukan keamanan terlibat bentrok Sabtu di sekitar taman Azadi di ibukota Iran itu.

Bentrokan-bentrokan itu mengakibatkan 10 orang tewas, kata televisi pemerintah, Minggu, demikian dikurip dari AFP.

Oposisi yang dipimpin kandidat yang kalah dalam pemilihan presiden Mir Hossein Mousavi tetap membangkang walaupun pihak aparat keamanan bertindak tegas dan pada Minggu ia mengemukakan kepada para pendukungnya agar tetap tabah.

Dalam dukungan yang jelas untuk melanjutkan demonstrasi, ia mengatakan: "Dalam protes, kalian agar menahan diri dari tindakan kekerasan... Saya sebagai salah seorang yang berkabung (atas pembunuhan Sabtu) mengimbau para pendukung saya untuk menahan diri. Negara ini adalah milik Anda."

Aksi kekerasan pasca pemilihan presiden melanda republik Islam itu dan menjadi perhatian luas dunia.

Mahmoud Ahmadinejad diumumkan sebagai pemenang dengan meraih mayoritas 63 persen suara.

Televisi pemerintah Iran menyalahkan "teroris" atas penggunaan senjata api dan bom yang mengakibatkan jatuhnya korban, Sabtu, yang menambah korban jiwa seluruhnya menurut laporan media dalam sepekan aksi kekerasan menjadi paling tidak 17 orang.

Berusaha untuk mengatasi protes-protes di jalan sejak sengketa pemilihan 12 Juni itu, para pemimpin Iran mengecam negara-negara Barat, media asing dan oposisi di pengasingan.

Para pemimpin dunia menyatakan cemas atas kerusuhan yang merusak tiang-tiang pemerintah Islam dan menimbulkan kecemasan atas masa depan negara Muslim yang kaya minyak itu.

Pada hari Minggu, para saksi mata mengatakan polisi dan para anggota relawan Islam milisi Basij berpatroli di lokasi-lokasi rawan Teheran tetapi tidak ada unjuk rasa.

Media asing dilarang meliput unjuk rasa itu sebagai bagian dari larangan baru yang ketat terhadap kegiatan mereka.

Ahmadinejad dengan tegas mengemukakan kepada Amerika Serikat dan Inggris agar berhenti mencampuri urusan dalam negeri Iran setelah Menlu Manouchehr Mottaki menuduh London bersekongkol selama dua tahun belakangan ini untuk menyabot pemilihan presiden itu.

"Dengan memberikan komentar yang tergesa-gesa, Anda tidak akan mempunyai tempat di kalangan sahabat negara Iran. Karena itu saya menyarankan Anda untuk mengoreksi sikap campur tangan Anda," kata Ahmadinedjad dalam satu pernyataan.

Seorang wartawan Kanada yang bekerja di Iran untuk majalah Newsweek ditahan tanpa tuduhan oleh pihak berwenang Iran, kata majalah itu dan menambahkan Maziar Bahari tidak diketahui nasibnya sejak itu.

Radio Inggris BBC mengatakan korespondennya di Teheran telah diperintahkan untuk meninggalkan negara itu dalam tempo 24 jam sementara pihak berwenang memperingatkan media Inggris tentang tindakan lebih jauh jika tetap "ikut campur tangan."

Stasiun televisi Al Arabiya yang berpusat di Dubai mengatakan kantornya di Teheran diperintahkan untuk tetap tutup untuk waktu tidak terbatas karena "berita yang tidak adil" menyangkut pemilihan presiden itu.

Menlu Inggris David Miliband menolak tuduhan-tuduhan bahwa para pemerotes "dimanipulasi atau dimotivasi" oleh negara-negara asing dan mengecam apa yang ia sebut usaha Iran untuk mengalihkan sengketa pemilihan itu ke satu "pertempuran" dengan dunia luar.

Menlu Prancis Bernard Kouchner mengecam apa yang disebut "penindasan kejam ini" sementara Presiden Nicolas Sarkozy mengemukakan kepada kantor berita Qatar QNA bahwa sikap pihak berwenang Iran "tidak dapat dimaafkan".

Dalam komentar terbarunya, Sabtu, Presiden AS Barack Obama, yang mengimbau dialog dengan Teheran setelah tiga dasa warsa hubungan kedua negara itu putus, mendesak Iran menghentikan "semua aksi kekerasan dan tidak adil" itu.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009