New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak turun tajam pada Senin waktu setempat, karena kekhawatiran atas krisis ekonomi memudarkan kecemasan tentang pasokan di tengah ketegangan politik di Iran dan serangan pada instalasi minyak di Nigeria.

Juga akibat menguatnya dolar dan aksi ambil keuantungan para pedagang dari kenaikan kuat harga yang mencapai level 72 dolar AS baru-baru ini.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Juli, merosot 2,62 dolar AS dari penutupan Jumat menjadi berakhir pada 66,93 dolar AS per barel, karena kontrak berakhir pada Senin.

Kontrak New York untuk pengiriman Agustus, yang akan mengambil alih pada Selasa, ditutup pada 67,50 dolar AS per barel.

Minyak mentah "Brent North Sea" London untuk penyerahan Agustus turun 2,21 dolar AS menjadi berakhir pada 66,98 dolar AS.

Pedagang mengatakan kekhawatirannya mengenai prospek awal pemulihan dari krisis yang sekarang mencengkram pasar.

"Pendorong utama minyak telah melebihi tindakan tradisional dari sekedar pasokan dan permintaan dan telah merubah bentuk ke dalam sebuah kekuatan ekonomi makro yang sewaktu-waktu mengukur keadaan pemulihan global dan pada waktu lainnya menjadi sebuah `safe haven` (tembat berlindung yang aman) dari dari dolar atau inflasi atau risiko sistemik," kata Phil Flynn dari Alaron Trading.

Bank Dunia pada Senin, memangkas proyeksinya untuk ekonomi negara-negara berkembang, memperkirakan pertumbuhan rendah 1,2 persen tahun ini, dan memperingatkan perlunya lebih banyak tindakan agar pemulihan berjalan terus.

Sejumlah proyeksi turun tajam dari dua tahun sebelumnya.

"Kekhawatiran umum tentang ekonomi diperkuat dengan peringatan Bank Dunia bahwa prospek untuk ekonomi global masih tak menentu luar biasa," kata Mike Fitzpatrick dari MF Global.

"Ini adalah kekhawatiran bahwa kami telah memiliki semua selama kenaikan panjang (rally) komoditas baru-baru ini ... level harga yang telah tercapai baru-baru ini tidak hanya tidak pada tempatnya pada fundamentak ekonomi, tetapi sangat fundamental mengancam kenaikan harga," kata Fitzpatrick.

Dalam kegiatan pasar valuta asing pada Senin, euro jatuh terhadap dolar di tengah kegelisahan baru tentang keadaan ekonomi dunia dan jelang pertemuan kebijakan suku bunga Federal Reserve.

"Bahkan hari ini minyak merespon nilai dolar yang kelihatannya naik kuat akibat meningkatnya tekanan ekonomi termasuk harapan bahwa Federal Reserve pada akhirnya akan memberikan kami beberapa jenis strategi keluar dari stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah ekonomi," kata Flynn.

Bank sentral AS telah mengambil tindakan inkonvensional membanjiri sistem dengan uang untuk mendorong ekonomi yang telah mengalami kontraksi sejak Desember 2007. Pasar mencari sinyal dari Fed tentang bagaimana dan kapan ia akan memudahkan langkah-langkah ini.

Sebuah penguatan mata uang dolar AS membuat harga minyak lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lemah, yang pada gilirannya akan cenderung mengurangi permintaan dan menarik pasar turun.

Sementara badai politik di Iran, akibat sengketa pemilihan umum baru-baru ini, tampak perlahan-lahan eskalasinya meningkat, sementara pemberontak Nigeria pada akhir pekan mengklaim tiga serangan dalam satu hari terhadap fasilitas minyak Royal Dutch Shell sebagai bagian dari kampanye untuk melumpuhkan industri minyak miliaran dolar Nigeria.

Harga minyak jatuh dari rekor tertinggi lebih dari 147 dolar AS pada Juli 2008 menjadi sekitar 32 dolar pada Desember karena kemunduran ekonomi menggerus permintaan energi - tetapi pasar telah berbalik naik (rebound).(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009