Versailles, Prancis,(ANTARA News) - Presiden Nicolas Sarkozy, Senin, mengatakan pakaian "burka" tak diterima di negara sekuler Prancis, tempat tinggal masyarakat Muslim terbesar di Eropa.

Sarkozy, yang mengecam pakaian yang menutup tubuh perempuan dari kepala hingga kaki sebagai lambang "takluk" dan bukan kepercayaan, menekankan pandangannya yang berbeda dengan Presiden AS Barack Obama, demikian dikutip dari AFP.

Dalam kunjungan ke Paris awal Juni, Obama mendesak negara Barat menghindari mendikte pakaian apa yang mesti dipakai seorang perempuan Muslimah.

"Kami tak dapat menerima untuk melihat di negara kami perempuan yang menjadi tawanan di balik jaring, terputus dari seluruh kehidupan sosial, dilucuti identitas mereka," kata Sarkozy. "Itu bukan gagasan yang dimiliki republik Prancis mengenai martabat kaum perempuan."

"Burka bukan tanda agama, itu adalah tanda sikap takluk," kata Sarkozy di hadapan anggota parlemen dalam pidato kebijakan utama dalam sidang khusus parlemen. "Itu takkan diterima di wilayah republik Prancis."

Pidato itu disampaikan hanya dua pekan setelah posisi Obama dan Sarkozy mengenai satu masalah yang telah memicu kontroversi di seluruh Eropa menjadi pusat perhatian.

Prancis, tempat tinggal sebanyak lima juta orang Muslim, pada 2004 mensahkan peraturan yang melarang jilbab atau lambang lain agama "yang mencurigakan" di sekolah negeri dalam upaya gencar guna mempertahankan sekularisme.

Tahun lalu seorang perempuan Marokko tak diberikan kewarganegaraan Prancis setelah beberapa layanan sosial menyatakan ia memakai burka dan hidup "dalam penyerahan diri" kepada suaminya.

Sarkozy mengatakan ia mendukung pelaksanaan penyelidikan yang diupayakan oleh beberapa anggota parlemen Prancis mengenai apakah perempuan Muslimah yang menutup seluruh tubuh mereka di tempat umum merendahkan sekularisme Prancis dan hak asasi perempuan.

Tetapi Presiden Prancis itu menambahkan, "Kita tak boleh berjuang di pihak yang salah, di republik ini agama Islam harus dihormati seperti halnya agama lain."

Usul penyelidikan tersebut telah mendapat dukungan dari politisi sayap kanan dan kiri, tapi dewan resmi Muslim Prancis menuduh anggota parlemen membuang-buang waktu mengenai fenomena golongan pinggiran.

Mohammed Moussaoui, pemimpin Dewan Agama Islam Prancis (CFCM), pekan lalu mengatakan pendekatan semacam itu beresiko menodai Islam dan umat Muslim Prancis.

Senin malam, Moussaoui mengatakan pendekatan hak asasi ialah untuk memusatkan perhatian pada pendidikan dan ajaran agama.

Namun, Sarkozy menerima dukungan intelektual dari pemimpin masjid jami` Paris, Dalil Boubakeur, yang mengatakan gagasan Presiden itu ialah antara lain "untuk memelihara semangat republikanisme".

Tak ada jumlah resmi tapi beberapa ribu perempuan diperkirakan memakai burka di Prancis. Obama bulan Juli membela suara sebagian perempuan Muslimah untuk memakai jilbab.

"Penting bagi negara Barat untuk menghindari menghalangi penduduk Muslim melaksanakan agama mereka yang mereka pandang cocok misalnya, dengan mendikte pakaian apa yang mesti dipakai seorang perempuan Muslimah", katanya.(*)

Pewarta: Ricka Oktaviandini
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009