Islamabad (ANTARA News/AFP) - Polisi Pakistan menangkap 25 tersangka militan, beberapa diantaranya merencanakan serangan-serangan terhadap sasaran asing di ibukota negara itu, Islamabad, kata seorang kepala kepolisian dan sejumlah pejabat, Rabu.

Pakistan dilanda gelombang serangan mematikan dalam beberapa pekan terakhir ini, yang dituduhkan pada militan Taliban yang berusaha membalas ofensif militer hampir dua bulan terhadap mereka di wilayah baratlaut.

"Kami telah menangkap 25 teroris dan menemukan jaket-jaket bom bunuh diri dari mereka... enam dari mereka target bernilai tinggi," kata kepala kepolisian Islamabad Kaleem Imam kepada wartawan. Tidak jelas kapan penangkapan-penangkapan itu dilakukan.

"Teroris-teroris ini merencanakan kegiatan sabotase di Karachi, Lahore dan kota-kota besar lain," katanya.

"Sebagian besar sasaran mereka adalah badan-badan penegak hukum... Instalasi vital dan tamu asing juga sasaran mereka namun berkat Allah Yang Maha Kuasa, kami bisa menumpas rencana keji mereka," katanya.

Imam tidak menjelaskan lebih lanjut warganegara asing yang menjadi sasaran.

Ia mengatakan, para tersangka itu berasal dari Swat, tempat militer memerangi gerilyawan Taliban, dan Waziristan di kawasan suku baratlaut -- wilayah lain yang menjadi sasaran operasi militer menumpas kelompok muslim garis keras itu.

Satu sumber keamanan luar negeri di Islamabad mengatakan, salah satu tersangka itu ditugasi menilai keamanan di kedutaan-kedutaan besar asing di ibukota Pakistan tersebut.

Di Stockholm, jurubicara Kementerian Luar Negeri Swedia Cecilia Julin mengatakan kepada AFP, salah seorang yang ditangkap itu mengatakan kepada penyelidik di Pakistan, ia mempersiapkan serangan-serangan terhadap kedutaan besar yang mencakup perwakilan Swedia.

Sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Hongaria mengatakan, kedutaan-kedutaan Hongaria, Swedia, Republik Ceko, Norwegia dan Italia juga berada dalam daftar sasaran serangan potensial di Islamabad.

Kawasan suku Pakistan dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan Pakistan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Daerah suku Pakistan, khususnya Lembah Swat, dilanda konflik antara pasukan pemerintah dan militan Taliban dalam beberapa waktu terakhir ini.

Sekitar 1.500 militan dikabarkan tewas dalam ofensif yang diluncurkan di distrik-distrik Lower Dir pada 26 April, Buner pada 28 April dan Swat pada 8 Mei. Ofensif itu mendapat dukungan dari AS, yang menempatkan Pakistan pada pusat strateginya untuk memerangi Al-Qaeda.

Swat dulu merupakan daerah dengan pemandangan indah yang menjadi tempat tujuan wisata namun kemudian menjadi markas kelompok Taliban.

Perjanjian yang kontroversial antara pemerintah dan ulama garis keras pro-Taliban untuk memberlakukan hukum Islam di sebuah kawasan di Pakistan baratlaut yang berpenduduk tiga juta orang seharusnya mengakhiri pemberontakan Taliban yang telah berlangsung hampir dua tahun.

Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani mendesak rakyat Pakistan bersatu melawan kelompok ekstrim, yang menurutnya mengancam kedaulatan negara itu dan yang melanggar perjanjian perdamaian tersebut dengan melancarkan serangan-serangan.

Para pejabat PBB mengatakan, sekitar 2,4 juta orang mengungsi akibat pertempuran itu -- sebuah eksodus yang menurut kelompok-kelompok hak asasi merupakan perpindahan terbesar penduduk di Pakistan sejak negara itu terpisah dari India pada 1947.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009