Lagos (ANTARA News/AFP) - Pemberontak Nigeria menyatakan melancarkan serangan menjelang fajar terhadap fasilitas Royal Dutch Shell sebagai peringatan kepada Rusia agar tidak berinvestasi pada industri gas dan minyak di negara tersebut.

Gerakan bagi Emansipasi Delta Niger (MEND) mengatakan, serangan itu bertepatan waktunya dengan kunjungan Presiden Rusia Dmitry Medvedev ke Nigeria dimana perjanjian-perjanjian investasi energi besar dicapai.

Serangan itu, yang dilakukan terhadap pipa Bille-Krakama yang memasok minyak ke terminal ekspor utama Bonny di negara bagian Rivers, Nigeria selatan, dilakukan setelah tengah malam pada Kamis.

"Ini adalah nasib yang menunggu pipa gas yang anda rencanakan investasikan di Nigeria jika masalah keadilan tidak dijadikan faktor dalam proses keseluruhan," kata MEND dalam sebuah pesan kepada Medvedev yang dikirim dalam pernyataan kepada media.

MEND, kelompok militan utama di Nigeria selatan yang kaya minyak, melancarkan serangan-serangan tetap terhadap instalasi minyak sebagai bagian dari upaya mereka untuk memperoleh bagian lebih besar dalam kekayaan minyak bagi penduduk setempat di kawasan Delta Niger.

Produksi minyak Nigeria berkurang hingga seperempat dalam tiga tahun terakhir karena serangan-serangan itu.

Presiden Umaru Yar`Adua hari Rabu mengungkapkan harapan ia bisa mengatasi krisis Delta Niger tahun ini.

"Saya berharap dan yakin pada akhir tahun ini, kami akan memiliki sebuah lingkungan yang aman dan stabil di Delta Niger," katanya pada jumpa pers dengan Medvedev.

Yar`Adua pada Kamis menyampaikan rincian paket amnesti bagi militan yang menghentikan permusuhan sebagai bagian dari upaya untuk mengakhiri kerusuhan dan menyelamatkan industri minyak dan gas penting.

Selama kunjungan Medvedev itu, Rusia dan Nigeria menandatangani sejumlah rancangan perjanjian, yang mencakup rencana perusahaan gas Rusia Gazprom menghubungkan cadangan besar miyak di Nigeria ke Eropa melalui pipa minyak Trans-Sahara.

Namun, MEND memperingatkan bahwa "perjanjianyang anda tandatangani di Abuja tidak berarti. MEND akan memastikan hal itu".

"Kami lebih suka anda menandatangani perjanjian dengan setiap negara bagian berdasarkan federaslisme nyata untuk mengembangkan potensi yang dimiliki negara, mulai dari mineral hingga pertanian, dan tidak hanya terfokus pada minyak dan gas dari satu wilayah tertentu," kata MEND.

Produksi minyak Nigeria per hari saat ini masih bertahan pada 1,8 juta barel, menurut laporan Juni yang dikeluarkan Badan Energi Internasional, jauh lebih rendah dibanding dengan produksi per hari pada 2006 yang mencapai 2,6 juta barel.

Kelompok MEND mengakhiri gencatan senjata pada 31 Januari setelah serangan militer terhadap salah satu kamp mereka di Delta Niger, dan memperingatkan mengenai serangan besar-besaran terhadap industri minyak.

MEND mengumumkan gencatan senjata pada September namun berulang kali mengancam akan memulai lagi serangan jika "diprovokasi" oleh militer Nigeria.

Militer Nigeria memulai ofensif terbesar dalam beberapa tahun ini pada pertengahan Mei, dengan membom kamp-kamp militan di sekitar Warri di negara bagian Delta dari udara dan laut dan mengirim tiga batalyon pasukan untuk menumpas pemberontak yang diyakini telah melarikan diri ke daerah-daerah sekitar.

Militer menyatakan tidak bisa berpangku tangan lagi setelah serangan-serangan terhadap pasukan, pemboman pipa minyak dan pembajakan kapal minyak, yang semuanya membuat Nigeria gagal mencapai produksi penuhnya selama beberapa tahun ini.

Geng-geng kriminal juga memanfaatkan keadaan kacau dalam penegakan hukum dan ketertiban di wilayah itu. Lebih dari 200 warga asing diculik di kawasan delta tersebut dalam dua tahun terakhir. Hampir semuanya dari orang-orang itu dibebaskan tanpa cedera.

Nigeria adalah produsen minyak terbesar Afrika namun posisi tersebut kemudian digantikan oleh Angola pada April tahun lalu, menurut Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009