Jakarta, 3/7 (ANTARA) - Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) DKI Jakarta, Paguyuban Putro Wijoyo Parwo dan CIDES menggelar pertunjukan wayang kulit yang menceritakan tiga satria memperebutkan kekuasaan karena terinsiprasi kian memanasnya suhu politik menjelang pemilu presiden (Pilpres) 2009, .

Pertunjukan dengan cerita "Wahyu Cakraningrat" tersebut digelar di padepokan Putro Wijoyo Parwo pada Kamis (2/7), demikian keterangan tertulis Pepadi DKI Jakarta, di Jakarta, Jumat.

"Pagelaran ini merupakan wujud kepedulian PEPADI sebagai salah satu komponen budaya bangsa untuk ikut mendinginkan suasana serta mensukseskan Pilpres 8 Juli mendatang", kata Rohmad Hadiwijoyo, ketua PEPADI DKI Jakarta sekaligus dalang dalam pagelaran wayang kulit tersebut.

"Wahyu Cakraningrat" bercerita tentang upaya tiga orang satria, Raden Lesmono Mandrakumara, Raden Sombo Putra dan Raden Abimanyu, memperebutkan kekuasaan.

Ketiga sama-sama berambisi besar menjadi Ratu (pemimpin negara) di Tanah Jawa. Untuk itu, mereka harus bertarung mendapatkan "Wahyu Cakraningrat".

Dari Kerajaan Astina dipercaya Raden Lesmono sebagai calon penerima Wahyu Cakraningrat. Kerajaan Dwarawati mendukung penuh Raden Wisnubroto atau Raden Sombo. Sementara, dari pihak Pandawa dipilih anak Arjuna, Raden Abimanyu. Lika-liku untuk mendapatkan simpati dari masyarakat sudah mereka lakukan sendiri maupun melalui tim suksesnya.

Namun, mendapatkan "Wahyu Cakraningrat" tidaklah mudah. Sejumlah syarat harus dipenuhi agar "Wahyu Cakraningrat" bisa "majing" atau sejiwa dengan yang satria terpilih.

Syarat yang harus dipenuhi adalah mampu "Handayani" (memberi contoh yang baik) kepada rakyat, berpegang kepada kejujuran, mampu memberikan keteladanan, mampu memberikan rasa tentram kepada rakyat, mampu memberi rasa kasih sayang ke rakyat, perilaku amanah, mampu merekatkan seluruh rakyat tanpa memandang latar belakang agama, ras, dan budaya, serta peduli lingkungan

Keterangan tertulis itu menyebutkan, wayang merupakan "wewayangan hidup" atau gambaran keadaan kehidupan. Seperti diketahui, saat ini para pasangan Capres-Cawapres beserta tim suksesnya yang berlaga di Pilpres 2009, mulai kehilangan "jati diri" dalam berkampanye.

Mereka saling serang dan melakukan kampanye hitam dengan menghalalkan segala macam cara saat berkampanye. Falsafah ketimuran ditinggalkan demi mengejar singgasana kekuasaan.***1***

(Tz.U002)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009