Reaksi para suporter Atletico Madrid yang menyaksikan langsung kemenangan timnya atas Liverpool dalam laga kedua babak 16 besar Liga Champions di Stadion Anfield, Liverpool, Inggris, Rabu (11/3/2020). (ANTARA/AFP/Javier Soriano)

Milenial rindu siaran langsung

Di Inggris, dua raksasa pemegang hak siar olahraga, yakni Sky Sports dan BT Sport, yang keduanya memegang hak siar liga sepak bola paling makmur di dunia, Liga Premier, mengaku kehilangan banyak sekali pelanggan gara-gara absennya siaran langsung olahraga.

2019 lalu, nilai hak siar Liga Premier mencapai 6,2 miliar dolar AS atau 7,5 persen di bawah angka 2018. Namun penurunan itu terkerek oleh performa hak siar di luar negeri sehingga total nilai hak siar Liga Premier 2019 mencapai 11,1 miliar dolar AS.

Kedua pemegang hak siar itu khawatir keadaan seperti ini tak menemui jalan keluar.

Baca juga: Liga Premier masih tak tahu kapan musim kompetisi diteruskan

Tak heran, mereka dan juga hampir seluruh pemegang hak siar diam-diam berharap dan aktif bermain di belakang layar, agar kompetisi-kompetisi besar olahraga dinyalakan kembali, sekalipun para pakar kesehatan seluruh dunia mengingatkan bakal munculnya gelombang kedua virus corona.

Namun keinginan mereka itu beresonansi dengan animo sebagian besar klub dan sebagian kalangan atlet, apalagi dampak pandemi sudah membuat mereka merana sampa gaji pun dipotong, bahkan ada yang terpaksa ditangguhkan. Lebih buruk lagi, ada klub olah raga yang langsung sekarat dan terancam tak bisa hidup lagi.

Keuntungan miliaran dolar AS yang sudah di depan mata, mengingat hampir sebagian besar liga olahraga berada di sepertiga terakhir musim kompetisinya, lenyap seketika.

Dan mereka tidak yakin bisa mendapatkannya lagi cepat-cepat, sekalipun kompetisi bergulir kembali dalam waktu dekat ini.

Namun Persepsi Konsumen terhadap COVID-19 yang dirilis lembaga konsultansi NextWave dari IMI menyebutkan bahwa konsumen akan seketika kembali menonton laga olahraga begitu kompetisi dan turnamen membuka tirainya lagi.

Paling tidak hal itu terlihat dari keinginan 38 persen laki-laki Generasi Z dan Milenial yang disurvei secara global oleh NextWave itu, menyatakan bahwa menonton siaran langsung olah raga bersama keluarga dan sahabat adalah hal yang mereka rindukan selama pandemi.

Survei itu juga menangkap keinginan besar penggemar olah raga yang berjanji untuk manteng lagi di depan layar kaca atau ponsel pintar guna menyaksikan siaran-siaran langsung pertandingan olah raga begitu kompetisi yang terhenti pandemi ini dilanjutkan lagi.

Dan Cohen, konsultan hak siar media dan wakil presiden Octagon, memperkuat temuan survei tersebut.

Kepada SportsPro, Dan Cohen berkata bahwa industri olahraga tidak perlu khawatir berlebihan bakal kehilangan pemirsa karena begitu kompetisi digelar kembali orang akan berbondong-bondong menyaksikannya di platform manapun.

Dugaan Dan Cohen sepertinya cenderung benar, setidaknya itu terlihat dari besarnya antusiasme masyarakat dalam mengikuti kompetisi-kompetisi virtual olahraga yang melibatkan para bintang olahraga yang banyak dari mereka memang benar-benar bermain videogame.

Intinya orang memang sudah rindu menyaksikan pertandingan-pertandingan aktual olahraga.

Baca juga: Olahraga mencoba keluar dari bayang-bayang virus

Baca juga: Ketika sepak bola kembali, artinya mimpi buruk berakhir

Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2020