Jakarta (ANTARA News) - Tim pemenangan Jusuf Kalla-Wiranto (JK-Win) menilai, data intelijen seharusnya tak layak untuk disampaikan kepada publik, karena hanya akan memperkeruh suasana apalagi mengaitkan aksi pemboman di Mega Kuningan dengan Pilpres 2009.

"Data intelijen yang disampaikan Presiden Yudhoyono, seharusnya menjadi bahan yang dapat dijadikan acuan penyelidikan lebih dini untuk mengantisipasi kejadian. Kenapa malah dipublikasikan dan baru sekarang, kenapa tidak segera ditindaklanjuti saja," kata jubir tim JK-Win, R Jogi Soehandoyo di Jakarta, Sabtu.

Ia mengatakan, fakta yang disajikan secara vulgar tersebut dimana ada pelatihan menembak wajah presiden, dapat digunakan sebagai bukti awal untuk melakukan investigasi.

"Mengapa penggunaan produk intelijen itu justru baru sekarang, bukan sejak dulu ditindaklanjuti?," ujar Soehandoyo menegaskan.

Presiden Yudhoyono, menurut dia, seharusnya jangan mengeluarkan pernyataan yang tidak efektif dan menurunkan kredibilitasnya.

Soehandoyo mengemukakan, banyak kemungkinan yang melatarbelakangi aksi pemboman di Mega Kuningan, seperti kemungkinan dilakukan oleh pihak tertentu yang sengaja memanfaatkan situasi pilpres untuk membuat kekacauan agar perekonomian terganggu.

"Atau ulah para koruptor yang ingin memanfaatkan situasi kacau ini agar lepas dari jerat hukum atau memang dilakukan oleh jaringan teroris internasional yang sengaja bekerja sama dgn pihak dalam negeri karena jengkel melihat hubungan mesra antara Indonesia dan Amerika. Banyak kemungkinan," tuturnya.

Karena itu, lanjut Soehandoyo, untuk menghilangkan prasangka antar sesama anak bangsa, pemerintah diharapkan tidak ragu mengambil tindakan tegas dengan melakukan investigasi dan memprosesnya sesuai hukum sampai tuntas.

"Kepiawaian pemimpin untuk menyikapi masalah ini secara proporsional dan profesional diperlukan untuk membendung politik adu domba yang dilakukan oleh pihak yang tidak ingin melihat negeri ini maju dan kuat, stabil dalam bidang keamanan dan ketertiban," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009