Washington,(ANTARA News) - Amerika Serikat berjanji akan keluarkan hingga 23,7 triliun dolar untuk menghadapi krisis terburuk dalam satu dekade terakhir dan menopang sistem keuangan yang melemah, seorang penyidik pemerintah mengatakan Senin.

Neil Barofsky, inspektur umum khusus dari Troubled Asset Relief Programr (TARP-Program Bantuan Aset Bermasalah), mengatakan bahwa dukungan pemerintah telah menggelembung dalam sembilan bulan sejak dibentuknya TARP yang awalnya bernilai 700 miliar dolar AS.

"Karena besarnya dan pentingnya TARP itu sendiri, itu hanya satu bagian dari banyak upaya pemerintah federal yang lebih luas untuk menstabilkan dan mendukung sistem keuangan," ujar Barofsky dalam persiapan kesaksian yang akan diperdengarkan pada Selasa di komite DPR AS.

"Dari program-program yang melibatkan modal besar yang disuntikkan kepada ratusan bank dan lembaga keuangan lainnya, hingga program modifikasi hipotek yang dirancang untuk mengubah jutaan hipotik, untuk kemitraan publik-swasta menggunakan puluhan miliar dolar dari pembayar pajak untuk membeli aset-aset bermasalah dari bank-bank, TARP telah berkembang menjadi sebuah lingkup program yang belum pernah terjadi sebelumnya, skala dan kompleksitasnya," katanya.

"Total potensi dukungan pemerintah federal bisa mencapai hingga 23,7 triliun dolar," kata Barofsky dalam sambutannya disampaikan kepada Komite DPR.

Barofsky mengatakan bahwa penilaian terhadap efektivitas atau biaya TARP "harus dilakukan dalam konteks yang lebih luas dari usaha-usaha ini."

Kesaksian khusus dari penyidik dirilis di tengah meningkatnya kritikan Presiden Barack Obama menangani ekonomi, yang telah memasuki resesi pada bulan Desember 2007.

Beberapa kritik mengatakan bahwa stimulus 787-miliar dolar AS yang disahkan pada bulan Februari sudah tidak efektif dalam menangani kecenderungan menurun terburuk ekonomi sejak Depresi Besar (Great Depression).

Pemerintahan Obama yang telah meremehkan seruan untuk stimulus kedua, mengatakan rangsangan pertama adalah rencana yang akan mengambil waktu dua tahun untuk bekerja, demikian dikutip dari AFP.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009