Cilacap (ANTARA News) - Densus 88 menjemput paksa seorang perempuan yang diketahui menjadi istri dari gemborng teroris Noordin M. Top, dan Keluarga Bahrudin Latif alias Baridin --salah seorang tersangka teroris-- di Desa Pasuruhan, Kecamatan Binangun, Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (22/7).

Sekitar 20 personel Densus 88 bersenjata lengkap mendatangi kompleks Pondok Pesantren Al-Muaddib, Desa Pasuruhan, sekitar pukul 10:00 WIB, menggunakan tujuh mobil.

Kedatangan Densus 88 yang sebagian memakai rompi hitam dan penutup wajah tersebut sangat mengejutkan warga, apalagi mereka langsung menodongkan senjata ke arah warga sekitar pesantren.

Bahkan anak-anak TK Al-Muaddib yang hendak pulang sekolah, panik dan menangis karena ketakutan melihat kedatangan Densus 88.

Sebagian anggota Densus 88 mendatangi rumah Wasum (saudara ipar Bahrudin Latif) yang berada di sebelah timur pesantren untuk mencari istri Bahrudin, Tuti dan anaknya, Arina, yang diketahui telah pulang ke Desa Pasuruhan sejak Senin (20/7) dan menginap di rumah itu.

Bahrudin bersama keluarganya meninggalkan rumahnya sejak 20 Juni 2009 atau tiga hari sebelum Densus 88 menggerebek rumah Bahrudin pada 23 Juni lalu dan hingga kini belum diketahui keberadaannya, meski istri, anak, dan cucunya telah kembali ke Pasuruhan didampingi Tim Pengacara Muslim.

Beberapa anggota Densus mendobrak beberapa pintu rumah Wasum hingga rusak, kemudian segera meninggalkan tempat itu dengan membawa istri, anak, dan dua cucu Bahrudin, sekitar pukul 10:30 WIB.

Kepala Desa Pasuruhan Watim Suseno membenarkan bahwa Keluarga Bahrudin telah diangkut oleh Densus 88.

"Tadi Densus memang datang ke sini untuk mencari istri dan anak Bahrudin," katanya seraya mengatakan Keluarga Bahrudin sudah dalam keadaan terikat, termasuk Pimpinan Pondok Pesantren "Al-Muaddib", Mahfudz.

Watim meminta Densus untuk melepaskan Mahfudz karena dalam surat penangkapan hanya disebutkan dua orang, yakni istri Bahrudin (Tuti) dan anaknya (Arina).

"Dua orang itu dibawa Densus termasuk dua cucu Bahrudin (anak Arina), Daud dan satu lagi saya lupa namanya," kata Watim.

Menurut dia, penjemputan tersebut kemungkinan untuk pengembangan kasus karena hingga saat ini keberadaan Bahrudin dan menantunya belum diketahui keberadaannya.

Selain membawa Keluarga Bahrudin, Densus juga membawa tiga buah pesawat seluler, masing-masing milik Iin (anak Wasum), Mahfudz, dan milik keluarga Bahrudin.

"Arina sempat komplain karena penangkapan tersebut tanpa adanya pendampingan dari TPM tetapi Densus tetap membawa mereka," katanya.

Watim mengaku sempat mengobrol dengan keluarga Bahrudin saat mereka baru kembali ke Pasuruhan.

"Saya memang sempat bertanya kepada Arina tentang siapa nama suaminya. Arina mengatakan bahwa suaminya bernama Ade Abdul Halim yang berasal Makasar," katanya.

Meski demikian, kata dia, Arina juga mengaku belum pernah mengenal mertuanya, bahkan tidak pernah diperkenalkan oleh suaminya. (*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009