Sukabumi (ANTARA News) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Barat mensinyalir banyak mie basah yang beredar di masyarakat menggunakan bahan pengawet formalin.

"Mie basah yang mengandung formalin tersebut disinyalir banyak dijual di pasar-pasar tradisional di Jawa Barat," kata Petugas Pengawas Barang Beredar dan Jasa (PBBJ) Bidang Perdagangan Disperindag Jabar, Saeful Ridwan, di Sukabumi, Jumat.

Pihaknya saat ini sedang melakukan penyelidikan dengan mengambil sampel mie di beberapa pasar tradisional seperti Garut, Cimahi, Sukabumi dan Cianjur.

"Kami telah meneliti di laboratorium dan benar ada salah satu produsen mie di Garut yang menggunakan formalin untuk mengawetkan mie," bebernya

Ia menjelaskan, bahwa hasil penemuan ini rencananya akan dilaporkan kepada Gubernur Jawa Barat Ahmad Heriawan. "Kami sudah menyiapkan laporan dan barang buktinya untuk di sampaikan kepada Gubernur," jelasnya.

Saeful menambahkan, selain mie masih ada beberapa produk makanan yang mengandung formalin dan zat berbahaya lainnya, seperti ikan asin, kerupuk, tahu dan terasi.

"Tetapi kami masih meneliti, apakah makanan itu mengandung formalin atau tidak. Dan biasanya zat berbahaya Rhodamine B dan Methanyl Yellow kebanyakan terkandung di tahu, kerupuk dan terasi," tambahnya.

Untuk itu pihaknya akan terus melakukan pengawasan dan sidak di seluruh pasar tradisional agar tidak lagi ada kecurangan yang dilakukan oleh produsen dengan menggunakan berbagai cara seperti menggunakan formalin untuk mengawetkan makanan.

Karena, apabila zat tambahan tersebut terus dikonsumsi oleh manusia dikhawatirkan akan berdampak buruk pada kesehatan manusia, ujarnya.

Sementara itu, petugas PBBJ Diskoperindagsar Kabupaten Sukabumi, Memed Jamaludin, mengatakan dari tahun 2000 sampai sekarang, pihaknya mencatat penggunaan formalin untuk makanan di kalangan produsen terus berkurang.

"Ini dikarenakan pengawasan barang yang beredar terus diperketat," katanya.

Namun, pihaknya tidak menutup mata, beberapa bulan terakhir ini pihaknya banyak menemukan makanan yang mengandung barang berbahaya.

Ini menjadi permasalahan karena sampai saat ini pihaknya belum bisa memberikan solusi kepada produsen untuk mengganti bahan pengawet selain formalin.

"Banyaknya penggunaan formalin untuk mengawetkan makanan, karena harga formalin lebih murah dan mudah didapat dibandingkan dengan bahan pengawet yang aman," tandasnya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009