Denpasar (ANTARA News) - Sinyal saluran telekomunikasi milik perusahaan Indonesia belum bisa diterima baik oleh wilayah perbatasan Indonesia dan Timor Timur, di Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

"Di sini malah sinyal Timor Telecomm yang kuat. Sinyal Telkomsel apalagi Mentari tidak tembus ke sini, makanya telekomunikasi di sini mahal sekali, Pak," kata Meak da Silva, warga Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, yang dihubungi lewat telefon genggam dari Denpasar, Selasa siang.

Desa Silawan dan Desa Motaain adalah salah satu dari sejumlah desa yang menjadi halaman terdepan perbatasan Indonesia - Timor Timur. Di Motaain terdapat Pintu Lintas Batas Utama Motaain yang berhadapan dengan Pintu Lintas Batas Batugade, Distrik Bobonaro, Timor Timur.

Dari pintu utama itulah lalu-lintas manusia, barang, dan jasa di antara kedua negara berlangsung deras setiap hari di mana setiap hari, sekitar 120 pelintas batas keluar masuk wilayah Indonesia dan Timor Timur.

Menurut da Silva, biaya percakapan atau pesan singkat melalui perusahaan telekomunikasi Timor Telecomm itu sangat mahal dan tidak bisa diprediksi karena selalu berubah-ubah.

"Sekali sms bisa 30 sen dolar AS (Rp300) untuk terima saja. Kalau kirim sms bisa 50 sen dolar AS (Rp500) sekali kirim. Belum lagi kalau bicara, mencapai lima dolar AS (Rp50.000) per menit," katanya dengan nada bicara terburu-buru.

Hal itu sangat kontras dengan tarif bicara dan pesan singkat yang diberlakukan operator telekomunikasi seluler milik Indonesia yang kini berlomba-lomba menurunkan tarif dalam rupiah.

Akibatnya, warga Timor Timur memanfaatkan kemurahan tarif telekomunikasi Indonesia itu dalam berkomunikasi dengan kerabatnya di wilayah Indonesia di Atambua, Kabupaten Belu, dan sekitarnya.

Lelaki yang mencari nafkah di Pintu Lintas Batas Utama Motaain sebagai porter bertarif lima dolar AS perkoli barang dan penukar uang partikelir itu mengungkapkan, sampai akhir tahun lalu sinyal PT. Telkomsel masih kuat terpancar di sekitar garis perbatasan Indonesia-Timor Timur di Motaain.

Tetapi sinyal itu semakin melemah dan akhirnya sirna belakangan ini.

"Kalau dipasang di otomatik, maka sinyal yang muncul langsung Timor Telecomm. Akibatnya, biaya komunikasi jadi mahal sekali, pak," katanya menambahkan.

Timor Timur dengan kode telekomunikasi internasional +670xxxxxx, sebagai negara berdaulat belum memiliki perusahaan telekomunikasi yang betul-betul dikelola secara mandiri.

Timor Telecomm, satu-satunya perusahaan telekomunikasi yang beroperasi di negara itu masih dikelola oleh Australia dan sistem penentuan tarifnya juga ditentukan negara benua itu.

Akan tetapi, tidak semua lokasi di Timor Timur yang memiliki 13 distrik itu bisa menangkap sinyal Timor Telecomm, alias masih banyak terdapat "blank spot".

Sebagai misal, dalam perjalanan darat selama tiga jam antara Batugade ke Dili yang melintasi beberapa wilayah perbukitan Karimbala, sinyal itu hanya bisa dinikmati di Distrik Likuisa, Kota Maliana, dan Tasitolu, yang berdekatan dengan Ibukota Dili. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009