Serang (ANTARA News) - Intensitas kegempaan Gunung Anak Krakatau (GAK) di perairan Selat Sunda, sepanjang Rabu mencapai 461 kali, terdiri atas gempa vulkanik dangkal 13 kali, letusan 177 kali, tremor 212 kali dan embusan 59 kali.

Kepala Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Rabu, Anton Tripambudi, mengatakan, hingga saat ini kegempaan vulkanik Anak Krakatau masih berlanjut dan status siaga atau level III.

Bahkan, aktivitas kegempaan Anak Krakatau terdiri dari vulkanik dangkal, tremor, embusan dan letusan cenderung meningkat dibandingkan satu pekan lalu.

Selain itu, kondisi Anak Krakatau mengeluarkan asap tebal berwarna putih kelabu dan diperkirakan berkisar 500-600 meter.

Selama ini, kata dia, intensitas kemunculan kegempaan Anak Krakatau masih fluktuatif dengan interval enam sampai 15 menit.

Oleh karena itu, hingga kini Gunung Anak Krakatau dalam status siaga dan berbahaya jika mendekati kawasan gunung tersebut.

Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Bandung hanya memberikan rekomendasi dua kilometer dari titik letusan gunung merapi.

"Jika kita mendekati dan terkena lontaran bebatuan lava pijar dipastikan meninggal dunia karena suhunya mencapai 1.000 derajat celcius," ujar Anton Triambudi.

Dia menyebutkan, setiap hari kondisi Anak Krakatau masih terjadi "batuk-batuk" berupa lava pijar serta material bebatuan dan kerikil dalam perut bumi yang suhunya mencapai 1.000 derajat celcius.

Apalagi, malam hari terlihat indah kondisi Anak Krakatau dengan mengeluarkan bola api ke udara disertai bunyi dentuman letusan.

Sejauh ini, lokasi Anak Krakatau tertutup bagi pengunjung, karena khawatir terkena lontaran bebatuan lava pijar tersebut.

"Saya mengimbau pengunjung jangan coba-coba mendekati atau melakukan pendakian ke Anak Krakatau karena sangat berbahaya," jelasnya.

Dia menambahkan, aktivitas kegempaan vulkanik dan letusan Anak Krakatau hingga kini masih berlanjut dan belum ada tanda-tanda berkurang hingga diturunkan menjadi status waspada atau level II.

"Sejak 6 Mei lalu Anak Krakatau ditetapkan siaga satu atau level III, namun hingga kini belum diturunkan menjadi waspada atau level II," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009