Maiduguri, Nigeria (ANTARA News/Reuters) - Pemimpin satu aliran garis keras di Nigeria utara tewas di dalam tahanan polisi beberapa jam setelah ditangkap oleh pasukan keamanan, kata jurubicara polisi Kamis.

Pasukan keamanan menangkap tokoh-agama garis keras Mohammed Yusuf, yang sekte Boko Haram-nya bertanggung jawab atas beberapa bentrokan yang menewaskan lebih dari 180 orang dalam beberapa hari belakangan, setelah perburuan yang melibatkan helikopter militer dan kesatuan polisi.

Seorang reporter Reuters melihat Yusuf di satu barak militer di kota Maiduguri di bagian utara negeri tersebut, setelah ia ditangkap. Yusuf tak terlihat menderita luka dan sedang berdiri.

Ia belakangan dipindahkan ke markas politi di kota itu, tempat ia tewas.

"Ia telah tewas. Anda dapat datang dan melihat mayatnya di markas komando polisi negara bagian," kata Isa Azare, jurubicara bagi komando polisi di Maiduguri.

Angkatan Bersenjata dan polisi sebelumnya terlibat pertempuran dengan sisa anggota sekte Yusuf, yang mengingini pemberlakukan lebih luas Syari`ah (hukum Islam) di seluruh negara yang berpenduduk paling pada di Afrika tersebut, setelah membom kompleksnya.

Suara tembakan senjata api bergema saat pasukan keamanan mendatangi rumah demi rumah di Maiduguri, untuk memburu pengikut Yusuf.

Aksi kekerasan meletus ketika anggota kelompok itu ditangkap pada Ahad di negara bagian Bauchi, sekitar 400 kilometer di sebelah barat-daya Maiduguri, karena mereka dicurigai merencanakan serangan terhadap satu stasiun polisi.

Pendukung Yusuf, yang bersenjatakan senapan, pisau, senapan buru rakitan dan bom bensin, kemudian mengamuk di beberapa negara bagian di seluruh Nigeria utara. Mereka menyerang tempat ibadah, stasiun polisi, penjara dan bangunan pemerintah.

Presiden Umaru Yar`Adua, yang sedang melakukan kunjungan ke Brazil, berbicara melalui telefon dengan para gubernur di bagian utara negerinya dan mendesak para pemimpin agama dan suku agar memanfaatkan kesempatan Shalat Jumat untuk memperingatkan rakyat mengenai bahayanya sekte semacam itu.

"Presiden menyatakan semua kelompok agama seperti Boko Haram, yang berusaha mengganggu perdamaian dan keamanan di Nigeria, tak boleh dibiarkan jadi idaman setiap kelompok atau orang Muslim yang sesungguhnya," kata jurubicara Yar`Adua, Olusegun Adeniyi.

Kelompok payung Muslim di Nigeria, Jama`atu Nasril Islam, sudah mengutuk kerusuhan tersebut dan mendukung pasukan keamanan.



"Talibannya Nigeria"

Boko Haram --yang berarti "Pendidikan Haram adalah dosa"-- adalah bentuk lain gerakan Taliban di Afghanistan. Anggotanya memelihara jenggot panjang dan menganggap setiap orang yang tak mengikuti ideologi keras mereka, apakah orang Kristen atau Muslim, sebagai "orang kafir".

Pandangannya didukung oleh mayoritas warga Muslim Nigeria, yang terbanyak di sub-Sahara Afrika.

Jurubicara pertahanan nasional Kolonel Mohammed Yerima mengatakan mungkin ada "pamer kekuatan" militer pada Jumat guna meyakinkan warga sipil bahwa mereka akan dilindungi.

Maiduguri telah menghadapi pertempuran sengit. Penduduk setempat mengatakan mereka masih terlalu takut untuk keluar rumah kendati ada jaminan dari pemerintah.

"Kota ini seperti ajang pertempuran," kata Mohammed Yakubu, seorang warga Maiduguri dan wartawan setempat.

Yar`Adua telah mengatakan semua lembaga intelijen telah melacak kelompok tersebut, yang kadangkala dirujuk sebagai "Talibannya Nigeria", selama bertahun-tahun dan semua anggotanya menyandang senjata dan belajar membuat bom guna memaksakan pendapat mereka terhadap rakyat Nigeria.

Ia memerintahkan pasukan keamanan untuk melakukan semua tindakan yang diperlukan guna "melumpuhkan mereka selamanya".

Polisi di Maiduguri mengatakan pasukan keamanan telah menewaskan 90 anggota aliran itu pada Senin saja. Delapan personil polisi, tiga penjaga penjara dan dua prajurit juga tewas.

Di negara bagian Yobe, yang bertetangga, polisi mengatakan mereka telah menemukan 33 mayat anggota aliran tersebut setelah satu baku-tembak di dekat kota kecil Potiskum, Rabu. Lebih dari 50 orang tewas dalam pertempuran pertama di Bauchi, Ahad. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009