Madrid (ANTARA News/AFP) - Spanyol berada dalam keadaan siaga maksimum, Jumat, ketika ETA memperingati HUT ke-50 setelah dua serangan bom pekan ini yang dituduhkan pada kelompok separatis Basque tersebut, termasuk satu serangan yang menewaskan dua polisi.

Perdana Menteri Jose Luis Rodriguez Zapatero dan para pemimpin politik lain memberikan penghormatan mereka pada aparat-aparat yang tewas dalam serangan Kamis di Majorca ketika mereka menghadiri acara penghormatan di pulau itu, dengan mengarahkan kesalahan pada ETA.

Terjadi peningkatan kekerasan menjelang peringatan ETA itu, dengan ledakan bom mobil besar di luar sebuah barak polisi di Burgos di Spanyol utara pada Rabu yang mencederai ringan 64 orang, termasuk sejumlah anak.

Polisi juga menemukan sebuah bom kedua di Majorca pada Kamis di bawah sebuah mobil lain polisi di barak yang berdekatan, dan mereka kemudian melakukan peledakan terkendali.

Zapatero menyalahkan serangan-serangan itu pada "kelompok teroris ETA" dan berjanji membawa semua anggota organisasi itu ke pengadilan.

"Saya ingin meyakinkan penduduk bahwa pemerintah telah memerintahkan agar pasukan keamanan melakukan siaga maksimum, agar mereka melipatgandakan dedikasi mereka, agar mereka meningkatkan upaya-upaya mereka, dan juga agar mereka melindungi diri mereka sendiri dari para pembunuh keji ini," katanya, Kamis malam.

Kementerian Dalam Negeri Spanyol hari Jumat menyiarkan foto enam orang yang diduga anggota ETA -- dua wanita dan empat pria -- tanpa menyebutkan apakah mereka memainkan peranan dalam serangan-serangan bom di Burgos dan Majorca.

Poster yang memuat foto para tersangka yang diburu itu akan dipasang di stasiun-stasiun kereta-api, bandara dan tempat-tempat umum lain, kata kementerian itu.

Pihak berwenang menutup semua pelabuhan laut dan bandara di Majorca -- daerah paling ramai ketiga di Spanyol -- selama beberapa jam setelah bom itu meledak, yang mengganggu jadwal perjalanan ribuan wisatawan selama musim liburan.

Putra Mahkota Spanyol Pangeran Felipe dan istrinya, Letizia, memeluk anggota-anggota keluarga polisi yang tewas ketika mereka tiba di katedral utama di Palma de Majorca untuk acara penghormatan bagi kedua aparat yang menjadi korban ledakan yang berusia 27 dan 28 tahun itu.

ETA, yang sedang memperingati setengah abad kelahiran mereka, dibentuk pada 31 Juli 1959 oleh sebuah kelompok nasionalis mahasiswa sayap kiri yang menentang kediktatoran sayap kanan Jendral Francisco Franco, yang menindas bahas Basque.

Pasukan keamanan memperkirakan bahwa kelompok separatis itu, yang melemah akibat penangkapan para pemimpin tinggi mereka dan telah lama relatif tidak aktif, berusaha melakukan unjuk kekuatan untuk membuktikan bahwa mereka masih bisa melancarkan serangan terhadap pemerintah Spanyol dan menjaga semangat para pendukungnya.

Meski sebagian besar penduduk Basque tampaknya mendukung kemerdekaan bagi wilayah pegunungan itu, yang sudah memiliki otonomi besar, dukungan bagi kekerasan menurun dalam beberapa tahun terakhir ini.

Serangan fatal terakhir yang dituduhkan pada ETA terjadi pada Juni, ketika sebuah bom mobil menewaskan seorang polisi anti-teorris di kota Bilbao, Basque.

ETA dituduh bertanggung jawab atas kematian lebih dari 800 orang dalam operasi kekerasan mereka selama puluhan tahun untuk kemerdekaan Basque.

Para analis mengatakan, ETA kehilangan dukungan bagi perjuangan mereka melalui kekerasan, namun pengumpulan pendapat umum menunjukkan mayoritas penduduk Basque mungkin masih menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari Spanyol.

Pada April, polisi menangkap tersangka komandan utama ETA Jurdan Martitegi, sehingga jumlah komandan mereka yang ditangkap menjadi empat orang dalam waktu kurang dari setahun.

Pemerintah Sosialis Perdana Menteri Jose Luis Rodriguez Zapatero menghentikan perundingan perdamaian dengan ETA setelah pemberontak tersebut membunuh dua orang dalam serangan bom mobil di bandara Madrid pada Desember 2006.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009