Jakarta (ANTARA News) - Anggota DPR-RI dari Partai Golkar Ferry Mursidan Baldan menyayangkan karya sastra yang dilahirkan para tokoh budaya dan sejarawan seakan-akan belum menyentuh jiwa bagi generasi muda hingga saat ini.

"Cukup banyak karya sastra kita yang dilahirkan para novelis dan memberi makna bagi kehidupan manusia, namun tidak bisa berlangsung lama karena kurangnya dukungan dan perhatian pemerintah," katanya saat menghadiri bedah buku sastra klasik "Salah Pilih" dan "Habis Gelap Terbitlah Terang" di Jakarta, Sabtu.

Menurut Ferry, kegiatan bedah buku seperti ini diharapkan akan memberi nilai positif bagi kemajuan dan perkembangan sastra di Tanah Air.

Ia mengatakan, timbul tenggelamnya kehidupan dan kebudayaan sastra di Tanah Air, bukan karena disebabkan ketidakmampuan para sastrawan menciptakan inovasi budaya, tetapi komitmen pemerintah untuk mengembangkan dan melestarikan kebudayaan di Indonesia tidak serius dan hanya setengah hati.

"Saya yakin dengan terobosan baru yang dimotori para `infotaiment` bekerjasama dengan para artis dan pemerhati masalah kebudayaan, industri sastra dan termasuk hasil karya-karya sastra yang dilahirkan para novelis lama bisa dihidupkan kembali," katanya.

Dikatakannya, dengan mencintai sastra dan budaya bangsa sendiri maka akan memberi nilai positif bagi kemajuan dunia sastra di Tanah Air.

Hal senada diungkapkan Fadly Zon, politisi muda yang mempunyai komitmen terhadap dunia sastra, mengharapkan agar karya-karya satra lama bisa digali kembali untuk melahirkan cerita-cerita yang menarik bagi industri perfilemen di Tanah Air.

"Cukup banyak, hasil karya yang diciptakan para sejarawan dan budayawan seperti Nur Sutan Iskandar, Taufik Ismail, Marah Rusli, Abdoel Moeis, Arminj Pane, Chairil Anwar dan Merari Siregar, yang bila digali kembali akan memberi kemajuan bagi dunia perfilemen di Indonesia.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009