Pangkalpinang (ANTARA News) - Sumur bor milik masyarakat Kota Pangkalpinang mulai mengering karena musim kemarau yang melanda daerah itu.

"Air sumur bor mulai menyusut karena hujan tidak pernah turun dalam beberapa pekan terakhir," ujar Iskandar, warga Pangkalpinang, Senin.

Ia mengatakan, air sumur disedot menggunakan mesin itu semakin hari semakin sedikit yang keluar sehingga untuk mandi, mencuci dan kebutuhan lainnya tidak mencukupi lagi.

"Biasanya mengambil air sumur dengan mesin hanya satu jam saja sudah penuh namun sekarang mencapai delapan jam air di bak mandi baru setengah terisi," ujarnya.

Biasanya pada musim kemarau, kata dia, air sumur bor di Pangkalpinang banyak yang kering dan untuk kebutuhan air sehari-hari masyarakat menggunakan air di bekas tambang-tambang timah.

"Air sumur mulai kering dan kami pergi mandi dan mencuci ke kolong-kolong atau bekas tambang timah yang airnya tidak tercemar, sementara air sumur hanya digunakan untuk memasak dan mencuci piring," ujarnya.

Demikian juga yang dikatakan, Desi, bahwa sumur mulai kering dan air yang disedot menggunakan mesin sudah mengeluarkan bau namun demikian tetap digunakan untuk keperluan sehari-hari.

"Ya, mau gimana lagi terpaksa menghemat pengunaan air untuk mandi, mencuci dan keperluan lainnya," ujarnya.

Ia mengatakan, pada musim kemarau tahun ini, masyarakat akan sulit memperoleh air bersih karena air di bekas-bekas tambang itu sudah tercemar limbah pabrik dan masyarakat mulai melakukan penambangan timah di bekas tambang itu.

"Air bekas tambang timah banyak yang keruh dan berminyak akibat aktivitas penambangan dan pabrik, tidak seperti dahulu air di bekas tambang cukup bersih dan jernih," ujarnya.

Menurut dia, masyarakat kembali menambang timah di bekas tambang itu karena lahan tempat penambangan mulai habis, sehingga masyarakat kembali di bekas-bekas tambang timah yang sudah ditinggalkan.

"Rata-rata sumber penghasilan masyarakat Bangka dari timah, sehingga penambangan timah masih menjadi mata pencarian utama karena hasil yang didapatkan lebih banyak jika dibandingkan hasil bertani yang memakan waktu lama," ujarnya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009