Madrid (ANTARA News/Reuters) - Tiga bom kecil meledak Minggu di sejumlah tempat yang sering dikunjungi oleh wisatawan di ibukota pulau Mallorca, kata beberapa pejabat pemerintah Spanyol.

Ledakan-ledakan itu terjadi setelah peringatan melalui telefon oleh seseorang atas nama kelompok separatis Basque ETA, kata surat kabar Spanyol El Mundo di situs beritanya.

El Mundo mengutip petugas ambulan Mallorca yang mengatakan bahwa tidak ada korban dalam ledakan-ledakan itu.

"Terjadi ledakan ketiga di bawah Plaza Mayor (lapangan pusat di Palma), namun itu hanya bom kecil, bahkan kekuatannya lebih lemah dari dua bom sebelumnya," kata seorang jurubicara pemerintah setelah ledakan bom ketiga itu.

ETA melancarkan tiga serangan bom lebih besar dalam tiga bulan ini, dan ledakan-ledakan Minggu itu menimbulkan pertanyaan mengenai klaim pemerintah Spanyol bahwa serangkaian penangkapan telah memperlemah kelompok separatis bersenjata tersebut.

Bom pertama Minggu meledak di Restoran La Rigoletta di Palma de Mallorca setelah rumah makan itu dikosongkan sesudah peringatan telefon atas nama ETA, kata El Mundo.

Bom kecil kedua ditemukan oleh polisi di sebuah restoran di dekat La Rigoletta, dan yang ketiga meledak di sebuah daerah pusat perbelanjaan di bawah lapangan pusat Palma.

ETA telah menyatakan akan melancarkan serangan-serangan terhadap koalisi pemerintah baru di Basque, yang melengserkan kekuasaan partai nasionalis moderat untuk pertama kalinya dalam 28 tahun dalam pemilihan umum di daerah itu pada Maret lalu.

ETA, yang akhir bulan lalu memperingati setengah abad kelahiran mereka, dibentuk pada 31 Juli 1959 oleh sebuah kelompok nasionalis mahasiswa sayap kiri yang menentang kediktatoran sayap kanan Jendral Francisco Franco, yang menindas bahas Basque.

Pasukan keamanan memperkirakan bahwa kelompok separatis itu, yang melemah akibat penangkapan para pemimpin tinggi mereka dan telah lama relatif tidak aktif, berusaha melakukan unjuk kekuatan untuk membuktikan bahwa mereka masih bisa melancarkan serangan terhadap pemerintah Spanyol dan menjaga semangat para pendukungnya.

Meski sebagian besar penduduk Basque tampaknya mendukung kemerdekaan bagi wilayah pegunungan itu, yang sudah memiliki otonomi besar, dukungan bagi kekerasan menurun dalam beberapa tahun terakhir ini.

Pada akhir Juli, dua polisi tewas dalam serangan bom mobil di Mallorca yang dituduhkan pada ETA.

Serangan fatal lain yang dituduhkan pada ETA terjadi pada Juni, ketika sebuah bom mobil menewaskan seorang polisi anti-teorris di kota Bilbao, Basque.

ETA dituduh bertanggung jawab atas kematian lebih dari 800 orang dalam operasi kekerasan mereka selama puluhan tahun untuk kemerdekaan Basque.

Para analis mengatakan, ETA kehilangan dukungan bagi perjuangan mereka melalui kekerasan, namun pengumpulan pendapat umum menunjukkan mayoritas penduduk Basque mungkin masih menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari Spanyol.

Pada April, polisi menangkap tersangka komandan utama ETA Jurdan Martitegi, sehingga jumlah komandan mereka yang ditangkap menjadi empat orang dalam waktu kurang dari setahun.

Pemerintah Sosialis Perdana Menteri Jose Luis Rodriguez Zapatero menghentikan perundingan perdamaian dengan ETA setelah pemberontak tersebut membunuh dua orang dalam serangan bom mobil di bandara Madrid pada Desember 2006.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009