Khaznah, Irak (ANTARA News/AFP) - Dua bom truk yang ditujukan pada sekte kecil di sebuah desa di Irak utara dan serangkaian pemboman di Baghdad menewaskan sedikitnya 47 orang, Senin, dan mencederai lebih dari 250, kata sejumlah pejabat.

Dalam serangan tunggal paling mematikan, dua truk yang dipasangi bom meledak menjelang fajar di desa Khaznah, sebelah timur kota bergolak Mosul, Irak utara, mengakibatkan 28 orang tewas dan 155 cedera.

Ledakan besar itu menghancurkan 35 rumah dan menciptakan lubang-lubang besar di desa makmur yang berpenduduk 3.000 orang itu, yang menjadi tempat tinggal komunitas kecil Shabak, sebuah sekte keturunan Kurdi.

Mosul beberapa kali menjadi sasaran serangan meski kekerasan menurun secara keseluruhan di Irak, dan sejumlah komandan AS menyebut kota itu sebagai pangkalan perkotaan terakhir dari para pendukung setia Al-Qaeda di Irak.

Kota kedua di Irak yang memiliki penduduk sekitar 1,6 juta orang itu dihuni oleh masyarakat yang sebagian besar Sunni -- Arab ataupun Kurdi -- namun juga memiliki penduduk minoritas Turkmen Syiah dan Kristen.

Di Baghdad, dua bom meledak ketika pekerja harian sedang berkumpul pada pagi hari untuk mencari pekerjaan, kata polisi dan kementerian dalam negeri.

Bom pertama, yang disembunyikan di dalam sebuah kantung semen, meledak di Hay al-Amel di daerah barat ibukota Irak itu, menewaskan tujuh orang dan mencederai 46.

Dalam serangan kedua, sebuah bom mobil di Shurta Arbaa di daerah utara Baghdad menewaskan sembilan orang dan mencederai 36 lain.

Pemboman ketiga di sebuah pasar di daerah pinggiran selatan Saidiyah menewaskan tiga orang dan mencederai 14 lain.

Kekerasan di Irak mereda dalam 18 bulan terakhir, namun gerilyawan bisa bersembunyi di daerah-daerah pegunungan sekitar Mosul, 390 kilometer sebelah utara Baghdad, dan memanfaatkan perpecahan diantara orang-orang Arab dan Kurdi yang beselisih di kota itu.

Perselisihan di provinsi wilayah utara, Nineveh, yang beribukotakan Mosul, mengancam perpecahan di provinsi itu dan menimbulkan ketegangan yang bisa menciptakan ketidakstabilan jangka panjang di Irak.

Banyak orang Irak juga khawatir serangan-serangan terhadap orang Syiah akan menyulut lagi kekerasan sektarian mematikan antara Sunni dan Syiah yang baru mereda dalam 18 bulan ini. Puluhan ribu orang tewas dalam kekerasan sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003.

Jumlah korban tewas akibat kekerasan di Irak turun hingga sepertiga menjadi 275 pada Juli, bulan pertama pasukan Irak bertanggung jawab atas keamanan di daerah-daerah perkotaan sejak invasi pimpinan AS pada 2003.

Gelombang serangan bom yang ditujukan pada muslim Syiah di Baghdad menewaskan 29 orang dan mencederai lebih dari 136 pada Jumat (31/7), sebulan setelah pasukan AS ditarik dari pusat-pusat perkotaan di Irak.

Serangan-serangan akhir Juli itu merupakan yang terburuk di Irak sejak dua serangan bom bunuh diri di kota wilayah utara Tal Afar pada 9 Juli menewaskan 35 orang dan mencederai 61.

Kekerasan menurun secara berarti di Irak dalam beberapa bulan ini, namun serangan-serangan meningkat menjelang penarikan militer AS, dan 437 orang Irak tewas pada Juni -- jumlah kematian tertinggi dalam kurun waktu 11 bulan.

Perdana Menteri Nuri al-Maliki memperingatkan pada Juni bahwa gerilyawan dan milisi mungkin meningkatkan serangan mereka dalam upaya merongrong kepercayaan masyarakat pada pasukan keamanan Irak.

Sejumlah serangan bom besar dilancarkan sejak itu, dan yang paling mematikan adalah serangan bom truk pada 20 Juni di dekat kota wilayah utara, Kirkuk, yang menewaskan 72 orang dan mencederai lebih dari 200 lain dalam serangan paling mematikan dalam 16 bulan.

Serangan bom pada 24 Juni di sebuah pasar di distrik Syiah Kota Sadr di Baghdad timurlaut juga merupakan salah satu yang paling mematikan pada tahun ini, yang menewaskan sedikitnya 62 orang dan mencederai sekitar 150.

Namun, Maliki dan para pejabat tinggi pemerintah menekankan bahwa 750.000 prajurit dan polisi Irak bisa membela negara dari serangan-serangan yang dituduhkan pada gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda dan kekuatan yang setia pada almarhum presiden terguling Saddam Hussein.

Hanya sejumlah kecil pasukan AS yang menjadi pelatih dan penasihat akan tetap berada di daerah-daerah perkotaan, dan sebagian besar pasukan Amerika di Irak, yang menurut Pentagon berjumlah 131.000, ditempatkan di penjuru lain.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009