New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak di New York merosot pada Senin waktu setempat, memperpanjang penurunan akhir pekan lalu menyusul jatuhnya pasar saham, di tengah kekhawatiran bahwa pemulihan ekonomi AS akan berlangsung lebih lama dari yang diharapkan.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman September, turun 76 sen menjadi 66,75 dolar AS per barel.

Harga sempat jatuh ke posisi terendah 65,23 dolar AS per barel.

Pada Jumat, kontrak New York kehilangan 3,61 dolar AS, atau lebih dari empat persen, karena lemahnya data keyakinan konsumen AS data mengurangi harapan kenaikan permintaan minyak di negara konsumen energi terbesar dunia.

Di London pada Senin, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober turun 90 sen menjadi 70,54 dolar AS per barel.

"Ada kekhawatiran lagi bahwa pemulihan ekonomi akan mengambil waktu lebih lama dari yang diharapkan," ujar ekonom energi Deutsche Bank, Adam Sieminski.

"Tidak akan ada pertumbuhan tanpa permintaan minyak ... Ada tidak cukup permintaan, dan banyak persediaan."

Antoine Halff dari Grup Newedge mengatakan, harapan percepatan "rebound" (berbalik naik) dalam konsumsi menjadi tantangan.

Pasar mengabaikan sebuah rebound sebuah survei utama manufaktur.

Federal Reserve Bank of New York mengatakan, Empire State Manufacturing Survey, indeks kondisi bisnis umum naik 13 poin, menjadi 12,1 poin level tertinggi sejak November 2007.

"Masih ada skeptis, sejalan dengan sebuah rally dolar, akan menambah harga minyak di bawah tekanan dalam jangka pendek," kata Mike Fitzpatrick dari MF Global.

"Ini tidak berarti bahwa kami memberkirakan sebuah resesi `penurunan ganda` atau harga akan jatuh ke posisi terendah awal tahun ini, tetapi jelas bahwa pasar telah berjalan di depan kondisi, yang seharusnya tidak maju terlalu jauh.

"Seharusnya ada dukungan signifikan mendekati 65 dolar AS," kata Fitzpatrick.

Nada "bearish" (lesu) di pasar minyak Senin mencerminkan pasar ekuitas kelam di seluruh dunia, walaupun diberitakan bahwa Jepang telah muncul dari resesi.

Hingga akhir pekan lalu, harga minyak telah melonjak sekitar seperlima dalam lebih dari satu bulan di tengah meningkatkan harapan pemulihan ekonomi dan impor minyak mentah melonjak di China.

Namun, konsultan energi CGES pada Senin mencatat bahwa impor minyak di China telah mulai berkurang setelah mencapai rekor 4,635 juta barel per hari (mbpd) pada bulan Juli.

CGES mencatat bahwa "ledakan impor komoditas di China tampaknya telah menguap ... dengan meningkatnya harga (minyak) dan murahnya
pinjaman."

China adalah konsumen energi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.

Pada Senin, pedagang juga menjaga salah satu pandangan, apakah serangan badai akan menutup fasilitas energi AS, yang dapat menyebabkan gangguan pasokan minyak.

Hurricane pertama dari musim badai Atlantik, menguat pada Senin menuju daratan AS, sementara badai besar lainnya, Claudette,
menghilang di darat, kata para pejabat cuaca.

Pada Juli tahun lalu, harga minyak mencapai rekor puncak di atas puncak 147 dolar AS per barel di tengah kekhawatiran tentang potensi gangguan pasokan.

Pasar itu kemudian roboh karena lemahnya permintaan energi yang timbul dari krisis keuangan dunia, memcapai 32 dolar AS pada bulan Desember. (*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009