Singapura,(ANTARA News) - Harga minyak di atas 67 dolar AS di perdagangan Asia yang berubah-rubah, Selasa, karena investor tetap khawatir atas prospek ekonomi walaupun ada tanda-tanda pemulihan, kata analis.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman September, naik 45 sen dolar menjadi 67,20 dolar AS per barel dalam perdagangan pagi, demikian dikutip dari AFP.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober menguat 18 sen menjadi 70,72 dolar AS.

Pedagang masih berhati-hati, karena pasar minyak mentah "dilanda tekanan jual selama beberapa hari," kata Ben Westmore, seorang ekonom energi dan mineral dari National Australia Bank.

"Ada begitu banyak ketidakpastian dan orang-orang yang tidak yakin terhadap prospeknya," kata dia.

Pasar minyak sebagian besar mengabaikan sebuah rebound survei manufaktur AS yang menunjukkan peningkatan dalam indeks pengukuran kondisi umum bisnis.

Federal Reserve Bank of New York mengatakan, Empire State Manufacturing Survey, indeks kondisi umum bisnis naik 13 poin menjadi 12,1, level tertinggi sejak November 2007.

"Masih ada skeptis, sejalan dengan sebuah rally dolar, akan menambah harga minyak di bawah tekanan dalam jangka pendek," kata Mike Fitzpatrick dari MF Global.

Pada Juli tahun lalu, harga minyak mencapai rekor puncak di atas puncak 147 dolar AS per barel di tengah kekhawatiran tentang potensi gangguan pasokan.

Pasar itu kemudian roboh karena lemahnya permintaan energi yang timbul dari krisis keuangan dunia, mencapai 32 dolar AS pada bulan Desember.

Westmore mengatakan harga minyak mentah akan tetap rapuh dalam jangka pendek karena permintaan energi masih lemah.

"Saya tidak melihat harga minyak membaik dalam sebuah pola berkelanjutan sampai fundamentak minyak membaik dan dan terdapat bukti nyata bahwa perekonomian dunia sedang membaik."

Julian Jessop, seorang ekonom lembaga penelitian Capital Economics, mengatakan, sebuah rebound ekonomi global akan mengambil waktu lama walaupun setidaknya tiga negara industri melaporkan telah kembali ke pertumbuhan di kuartal kedua.

"Sedangkan kondisi terburuk jelas telah berlalu, maka kemajuan akan cenderung rapuh," katanya.(*)

Pewarta: Ardianus
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009