Jakarta, (ANTARA News) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyerahkan Penghargaan Sarwono Prawirohardjo VIII kepada dua ilmuwan Indonesia yakni Prof Dr Ir Indroyono Soesilo, MSc dan Prof Didin S Sastrapradja, PhD.

Penghargaan yang diserahkan oleh Kepala LIPI Prof Dr Umar Anggara Jenie, MSc, Apt di Jakarta, Jumat, itu merupakan puncak dari rangkaian HUT ke-42 LIPI yang jatuh pada 23 Agustus.

Indroyono Soesilo, pakar kelautan dan penginderaan jauh itu saat ini masih menjabat sebagai Sekretaris Kementerian Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat.

Sedangkan Didin S Sastrapradja merupakan mantan Wakil Kepala LIPI dan seorang Pakar Keanekaragaman Hayati dan Perkebunrayaan.

Selain menyerahkan Penghargaan Sarwono Prawirohardjo VIII kepada tokoh ilmuwan Indonesia, LIPI juga mengadakan Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture IX yang dilakukan secara bersamaan.

Prof Dr Umar Anggara Jenie, MSc, Apt menyatakan bahwa dua kegiatan ini merupakan kegiatan keilmuan LIPI yang diselenggarakan setiap tahun dalam puncak acara Hari Ulang Tahun LIPI.

"Kegiatan ini sebagai penghormatan atas jasa-jasa Prof Dr Sarwono Prawirohardjo (alm) sebagai Bapak Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia sekaligus Ketua pertama LIPI," jelasnya.

Kegiatan ini dilaksanakan sejak tahun 2001 untuk menunjukkan bahwa LIPI sebagai lembaga keilmuan yang terbesar dan tertua, sangat memberi perhatian terhadap prestasi ilmiah serta dedikasi yang telah dicapai oleh para ilmuwan Indonesia, katanya.

"Kepada ilmuwan seperti itulah dipandang pantas untuk diberikan suatu penghargaan ilmiah tertinggi oleh Lembaga ini yaitu Penghargaan Sarwono Prawirohardjo (Sarwono Award)," katanya.

Ia mengatakan, dalam kesempatan ini LIPI juga mengundang seorang pakar yang mumpuni di bidangnya untuk menyampaikan Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture IX. Pakar itu adalah Prof Dr Dewi Fortuna Khaidir Anwar, MA.

"Beliau sekarang ini adalah anggota dari UN Secretary General`s Advisory Board on Disarmament Matters (Badan Penasihat Sekretaris Jenderal PBB -red), untuk masalah perlucutan senjata," katanya.

Prof Dr Dewi Fortuna K Anwar memberikan orasi yang berjudul "Membebaskan Dunia dari Senjata Pemusnah Massal".

"Sebagai ancaman nyata keamanan global seharusnya ada perjanjian internasional yang melarang senjata nuklir secara total, sebagaimana pelarangan atas senjata biologi dan kimia," katanya.(*)

 

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009