New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak mentah jatuh pada Rabu waktu setempat, setelah data resmi menunjukkan kejutan lonjakan persediaan minyak mentah di Amerika Serikat, negara konsumen energi terbesar dunia, kata para pedagang.

Kontrak utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Oktober, turun 62 sen menjadi 71,43 dolar AS per barel, sehari setelah mencapai 75 dolar AS dalam perdagangan harian, posisi tertinggi 10-bulan terakhir.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober kehilangan 17 sen menjadi 71,65 dolar AS per barel.

"Saya rasa banyak dari hal itu adalah sebagai reaksi terhadap kenyataan bahwa persediaan minyak mentah meningkat ketika pasar memperkirakan sebuah penarikan (turun,-red.), yang merupakan kejutan terbesar untuk pasar hari ini," kata Andy Lipow dari Lipow Oil Associates.

Berkontribusi untuk drop diperkirakan oleh kelompok pengendara sepeda motor AAA yang akan mengurangi rencana perjalanan mereka pada libur hari buruh awal September, karena mereka mengencangkan ikat pinggang mereka di tengah resesi yang berkepanjangan, katanya.

Sekitar 39,1 million pelancong diperkirakan mengambil tempat di jalan raya dan penerbangan udara selama akhir-liburan musim panas, mencatat rekor penurunan 13,3 persen dari tahun lalu, sebuah survei AAA menunjukkan.

"Itu menambahkan sebuah nada bearish (lesu). Itu menjadi beberapa orang lengah," kata Lipow.

Harga jatuh setelah Departemen Energi AS melaporkan bahwa stok minyak mentah Amerika naik 200.000 barrel menjadi 343.8 juta pada minggu sampai 21 Agustus .

Padahal para analis memperkirakan penurunan sekitar 600.000 barel.

Pedagang ODL Securities, Brian Myers menggambarkan, kenaikan persediaan sebagai "penghangat" tapi itu sudah cukup untuk mengirim harga turun setelah melonjak baru-baru ini.

Pada Selasa, minyak mentah New York mencapai tertinggi 10 bulan sebesar 75 dolar AS, menyusul menguatnya data kepercayaan konsumen AS, sebelum terjun di tengah aksi ambil untung.

Barclays Capital mengatakan dalam sebuah catatan kliennya, bahwa kisaran 65-75 dolar AS tetap yang "paling nyaman untuk pasar kuartal ini berdasarkan fundamental murni."

"Mempertahankan posisi di atas rentang tersebut membutuhkan kelanjutan perbaikan terbaru di makroekonomi dan data pasar minyak, dan bahwa proses masih kuat di jalurnya, dalam pandangan kami," katanya.

Harga minyak telah merosot sejak mencapai rekor puncak di atas 147 dolar AS pada Juli 2008, karena resesi global menahan permintaan energi. Namun, harga minyak kembali merangkak naik di tengah harapan pemulihan ekonomi.

Harapan ini terdorong lebih lanjut pada Rabu, menyusul menguatnya data ekonomi AS.

Pesanan baru untuk barang manufaktur tahan lama AS melonjak lebih tajam dari yang diperkirakan 4,9 persen pada Juli sebagai petunjuk tanda-tanda ekonomi muncul dari resesi, data pemerintah menunjukkan.

Juga pada hari Rabu data resmi menunjukkan bahwa penjualan rumah baru naik 9,6 persen pada bulan Juli, menunjukkan tanda-tanda pemulihan lebih lanjut dalam sektor perumahan yang bermasalah.

Sementara perusahaan di Jerman, ekonomi terbesar di Eropa, mereka berada pada posisi lebih percaya diri sejak runtuhnya raksasa perbankan AS Lehman Brothers pada September 2008 dan selanjutnya resesi global, sebuah survei menunjukkan.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009